Oleh: Irsyad Syafar

Pertemuan Darurat tingkat tinggi Quraisy

Quraisy sangat menyadari perkembangan dakwah Rasulullah Saw. sudah akan memasuki fase baru. Yaitu fase memiliki pengikut setia dalam jumlah yang signifikan dan memiliki wilayah yang strategis di Jazirah Arab. Ini sebuah ancaman serius bagi eksistensi kafir Quraisy. Maka mereka segera melakukan rapat darurat tingkat tinggi dari pemuka Quraisy. Tujuan pertemuan ini tentunya mengambil keputusan yang paling tepat untuk memedamkan dakwah Rasulullah Saw.

Pertemuan berlangsung di Darun Nadwah yang merupakan representasi dari parlemen Quraisy. Di tempat ini biasanya mereka mengambil keputusan-keputusan penting. Rapat tersebut terjadi pada hari Kamis bulan Safar tahun ke 14 kenabian. Hadir pada kesempatan ini hampir semua pimpinan kabilah dari kalangan Quraisy. Di antara figur yang terkenal yang hadir adalah: Abu Jahal, Jubair bin Muth’im, Syaibah bin Rabi’ah, Utbah bin Rabi’ah, Abu Sofyan, An Nadhar bin Harits, Abul Bukhturi bin Hisyam, Zum’ah bin Aswad, Hakam bin Haram, Ummayah bin Khalaf dan lain-lain.

Ketika mereka datang dan berkumpul di Darun Nadwah tersebut, rupanya Iblis hadir pula dengan penampilan seorang tua yang rapi dan terhormat yang datang dari Nejed. Ketika Quraisy bertanya, “Syekh ini siapa?” Iblis menjawab, “Syekh dari Nejed, ingin ikut serta dengan pembicaraan kalian dan mendengarkan keputusan kalian. Barangkali kalian bisa mendapatkan nasehat dan pendapat dari saya.” Mendengar penjelasan syekh (iblis) tersebut, Quraisy mempersilakannya ikut masuk dan bermusyawarah di dalam Darun Nadwah.

Ide pembunuhan Rasulullah Saw.

Dimulailah rapat tingkat tinggi tersebut dengan memaparkan usulan dan rencana langkah strategis yang akan diambil. Beberapa orang pemuka yang hadir menyampaikan usulan-usulannya. Lalu mereka diskusikan dan perbincangkan. Abul Aswad mengusulkan agar Muhammad tersebut diusir saja dari negeri mereka. Dan tidak usah dipedulikan ia pergi kemana. Sehingga mereka terbebas darinya dan kehidupan di Makkah akan kembali seperti semula.

Usulan ini dibantah oleh syekh dari Nejed tadi (iblis). Ia mengatakan, “Demi Allah ini usulan yang kurang tepat. Kalian kan tahu bahwa ia ini orangnya pandai berbicara dan logikanya bagus. Akan mudah orang-orang terpengaruh dengannya dan menjadi pengikutnya. Bila nanti diluar sana pengikutnya sudah banyak, maka kalian tidak akan aman. Ia akan datang dengan para pengikutnya untuk menginjak kalian dan berbuat sesukanya. Carilah ide yang lain!”

Maka forum menolak ide tersebut dan menggali usulan yang lain. Abul Bukhturi menyampaikan usulannya: “Kita penjara dia dalam kerangkeng besi dan kita kurung dia. Lalu kita biarkan sampai mati, seperti yang pernah diperlakukan kepada beberapa pujangga masa lalu.” Syekh dari Nejed juga membantah usulan ini. Ia berkata, “Demi Allah ini bukan usulan yang baik bagi kalian. Jika kalian penjarakan dia, informasi tentang dia akan tetap sampai kepada para pengikutnya. Lalu mereka nanti akan datang membebaskannya. Carilah ide yang lain yang lebih baik!”

Maka forum pun menerima saran syekh Nejed tersebut dan menolak usulan Abul Bukhturi. Lalu berdirilah pentolan dan dedengkot kafir Quraisy, yaitunya Abu Jahal. Ia menyampaikan usulannya yang sangat berbahaya. Abu Jahal berkata, “Demi Allah, aku punya pendapat yang kalian belum pernah mengusulkannya. Usulanku, kita utus dari setiap kabilah satu orang pemuda yang kuat. Lalu masing-masing pemuda itu kita beri pedang yang tajam. Lalu mereka serentak membunuhnya secara bersamaan. Sehingga dia mati dan kita terbebas darinya. Dan darahnya tersebar di semua kabilah. Pastilah Bani Abdi Manaf tidak akan berani memerangi semua kabilah. Dan mereka hanya akan rela menerima tebusan atas pembunuhan ini.”

Pendapat Abu Jahal ini langsung direspon positif oleh syekh Nejed. Ia berkata, “Inilah pendapat yang tepat. Saya tidak melihat pendapat lain selain ini.” Maka forum itupun kemudian menetapkan keputusan untuk menghabisi Muhammad dengan cara yang diusulkan Abu Jahal tersebut. Dan semua kembali ke kabilah masing-masing dan segera menugaskan eksekutor pembunuhan dari masing-masing kabilah. Sekaligus mereka rancang skenario operasi pembunuhan pada malam yang sudah mereka sepakati.

Malaikat Jibril memberi tahu Rasulullah Saw.

Begitu keputusan diambil oleh kafir Quraisy siang itu, Malaikat Jibril langsung turun menemui Rasulullah Saw. dan mengabarkan rencana Quraisy tersebut. Jibril as. memerintahkan Rasulullah Saw. untuk tidak tidur malam itu di kasurnya, dan mengabarkan bahwa Allah Swt. telah mengizinkannya untuk hijrah segera.

Maka siang itu juga, pada saat orang-orang sedang istirahat siang, Rasulullah Saw. pergi ke rumah Abu Bakar dan memberitahukan bahwa saatnya hijrah sudah tiba. Di sana Rasulullah Saw. merancang skenario hijrah bersama Abu Bakar. Rasulullah Saw. meminta Abu Bakar menjadi temannya dalam perjalanan hijrah ini. Dan ini merupakan kemuliaan dan kekhususan bagi Abu Bakar Shiddiq.

Setelah seluruh rencana hijrah diselesaikan dengan Abu Bakar, Rasulullah Saw. kembali ke rumahnya sambil menunggu datangnya malam. Malam itu Rasulullah Saw. mengajak Ali bin Abi Thalib tidur di rumahnya dan di kasurnya serta memakai selimut Rasulullah Saw. Beliau juga menugaskan Ali untuk mengembalikan beberapa barang titipan (amanah) Quraisy kepada pemiliknya keesokan harinya.

Malam itu 11 orang algojo Quraisy yang dipimpin langsung oleh Abu Jahal, segera mengepung rumah Rasulullah Saw. Mereka sangat yakin seluruh rencana mereka akan segera terwujud dengan sukses. Abu Jahal malam itu sangat congkak dan sombong. Dihadapan para algojo yang lain, ia lecehkan ajaran dan janji-janji Rasulullah Saw. tentang kemenangan Islam, tentang kematian, adanya akhirat, surga dan neraka. Sambil mengintai ke arah kamar Rasulullah Saw., mereka menunggu waktu yang tepat untuk segera mendobrak masuk ke rumah dan membunuhnya secara bersamaan.

Pada malam yang pekat itu, Rasulullah Saw. bangkit dan menyuruh Ali tidur di kasurnya dan memakai selimutnya. Kemudian Beliau keluar dari rumah dengan tenang, menembus blokade para algojo yang mengepung rumahnya. Kemudian Beliau ambil segenggam pasir dan Beliau taburkan di atas kepala mereka masing-masing, sambil membaca firman Allah Swt. dalam surat Yasin:

وَجَعَلْنَا مِنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ. (يس: 9).

Artinya: “Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.” (QS Yasin: 9).

Tidak satupun dari algojo tersebut melainkan kepala mereka sudah bertabur pasir. Tapi mereka tidak melihatnya sama sekali. Rasulullah Saw. langsung bergerak cepat menuju rumah Abu Bakar. Kemudian, mereka berdua segera berjalan ke arah Yaman (Selatan) meuju ke arah gua Tsur berjarak sekitar 5 km di Selatan kota Makkah. Adapun para algojo eksekutor pembunuhan, masih saja siap siaga mengepung rumah Beliau, menunggu saat yang tepat untuk menyerbu ke dalam.

Ketika itulah seseorang datang mendekati mereka yang masih menunggu. Ia bertanya kepada mereka, “Apakah yang kalian tunggu?” mereka menjawab, “Menunggu Muhammad.” Lelaki itu berkata, “Telah merugi kalian dan telah kecolongan. Muhammad sudah pergi dan menaburkan pasir di kepala kalaian.” Mereka mejawab, “Demi Allah, kami tidak melihatnya.” Kemudian mereka membersihkan kepala mereka yang sudah bertabur pasir.

Mereka pun masuk menerobos ke dalam rumah dan kamar Rasulullah. Ternyata yang mereka sangka masih tidur itu adalah Rasulullah Saw., itu adalah Ali bin Abi Thalib. Quraisy sangat murka dan marah. Buruan mereka telah lolos malam itu. Strategi dan rencana mereka yang sangat matang, malam itu buyar semuanya. Mereka lampiaskan kekesalan mereka dengan menggebuki Ali bersama-sama. Kekesalan mereka telah membuat mereka menjadi gila. Pagi itu tidak ada pilihan, mereka segera melakukan pengejaran dan pemburuan Rasulullah Saw. dan Abu Bakar.

Bersambung…