Oleh: Ustaz H. Irsyad Syafar, Lc., M.Ed.

Ibnu Rajab menukilkan sebuah kisah dalam kitabnya “Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam” yang diceritakan oleh Abu Burdah dari Abu Musa Al Asy’ary. Ketika itu Abu Musa dalam kondisi sakaratul maut. Beliau berpesan kepada anak-anaknya, “Wahai anak-anakku, ingatlah selalu (kisah) si pemilik sepotong roti!”

Siapa itu pemilik sepotong roti? Ia adalah seorang lelaki (dari kalangan bani Israil) yang telah beribadah kepada Allah selama 70 tahun di tempat ibadahnya. Hari-harinya selama itu hanya untuk beribadah. Ia tidak pernah keluar kecuali hanya untuk kebutuhan yang mendesaknya saja.

Suatu hari ia keluar dari tempat peribadatannya. Rupanya syetan berhasil memperdayanya. Ia tergoda dengan seorang perempuan, sehingga ia berbuat zina dengan perempuan tersebut selama 7 hari atau 7 malam. Setelah 7 hari, ia tersadar dan segera pergi, bertobat kepada Allah SWT.

Ia tidak berani kembali ke tempat ibadahnya. Ia malu kepada Allah, dan terus berjalan mengembara. Setiap langkah kakinya ia iringi selalu beristighfar, bertaubat, sujud memohon ampun kepada Allah SWT. Hingga malam hari ia terdampar di sebuah gubuk yang dihuni oleh 12 orang miskin. Rasa lapar dan letih yang menderanya, membuatnya tak sadarkan diri terbaring diantara orang-orang miskin di gubuk tersebut.

Tak jauh dari gubuk tersebut, ada seorang lelaki shaleh yang rutin memberi roti untuk 12 miskin yang ada di dalamnya. Malam itu ia datang membagikan 12 potong roti kepada mereka. Saat ia membagikan roti, lelaki yang pingsan ini sudah tersadar dan mendapatkan sepotong roti. Ketika pembagian roti selesai, rupanya satu orang miskin tidak mendapatkan jatahnya. Ia protes, “Kenapa engkau tidak memberiku lagi sepotong roti?” Lelaki shaleh itu juga heran dan bertanya, “Aku sudah bagikan kepada kalian secara adil dan merata. Apakah ada diantara kalian yang mendapatkan dua potong roti?”

Melihat situasi seperti itu, lelaki pendatang baru (yang bertobat) ini, menyerahkan roti yang sudah diterimanya kepada lelaki miskin yang terakhir. Kemudian ia kembali tidur dalam kondisi sangat lapar, letih dan lemah.

Keesokan harinya lelaki tersebut meninggal dunia. Lalu ditimbanglah semua ibadah dan amal shalehnya selama 70 tahun dengan dosa-dosanya selama 7 hari. Ternyata dosanya selama 7 hari lebih berat. Kemudian ditimbang pula dosa 7 hari dengan sepotong roti yang dia berikan kepada orang miskin malam itu. Ternyata pemberian sepotong roti itu lebih berat dari dosa 7 hari.

(Hadits dalam Musnad Abu Bakar bin Syaibah, dishahihkan oleh Ibnu Rajab).

Begitulah kemahakuasaan Allah SWT. Dia berbuat sesukaNya. Dia tidak ditanya tentang perbuatanNya, karena Dia adalah Allah. Kitalah yang akan diminta pertanggungjawaban atas amalan kita, karena kita hanyalah hamba.

Jangan kita remehkan suatu dosa, sekecil apapun. Bila terlanjur berbuat, segera bertobat dan iringi dengan amal shaleh. Betapa amal shaleh 70 tahun bisa sirna gara-gara dosa 7 hari. Betapa satu kalimat dosa saja, yang muncul dari mulut atau tulisan kita, bisa berakibat kita terjerambat ke dalam neraka selama 70 tahun.

Seorang perempuan masuk neraka gara-gara hanya mengurung kucing dan tidak memberi makannya. Seorang laki-laki masuk neraka gara-gara berkorban seekor lalat di depan berhala. Bagaimana kalau dosa kita lebih besar dari itu dan banyak keburukan yang kita lakukan?

Bila kita durhaka kepada orang tua, maka kata Nabi SAW, anak yang durhaka kepada kedua orang tua tidak akan masuk surga. Bila anak dan istri yang kita terlantarkan, maka orang yang seperti itu kata Rasulullah SAW, telah berbuat dosa. Jika banyak harta orang yang kita ambil, atau hutang-hutang yang tidak kita bayar, maka Rasul mengajarkan bahwa orang mati syahidpun terhalang masuk surga gara-gara hutang. Apalagi kalau tidak mati syahid. Padahal Baginda Nabi mengajarkan, “Hati-hati dengan dosa-dosa yang sederhana.” Apalagi dosa yang besar dan banyak.

Sebaliknya, jangan remehkan juga secuil ketaatan. Ia bisa menjadi penyelamat, karena keikhlasan yang membungkusnya. Sekecil apapun peluang amal shaleh di depan kita, harus dianggap sebagai jalan ke sorga yang sedang terbuka.

Betapa sepotong roti yang ikhlas telah mengalahkan dosa berzina selama 7 hari. Betapa seteguk air yang diberikan kepada seekor anjing telah menyelamatkan wanita pendosa dari api neraka. Betapa sepenggal kalimat atau tulisan kebaikan bisa mengangkat seseorang puluhan derjat di sisi Allah.

Jangan remehkan seseorang yang sederhana dalam ilmu dan amalannya, terkesan tidak banyak ibadah dan ketaatannya. Hanya karena kita merasa telah banyak berjuang di jalan Allah, banyak berbuat untuk agamaNya. Bisa jadi seseorang yang acak-acakan penampilannya, wajahnya penuh debu, tapi saat berdoa, Allah mengabulkannya. Banyak orang yang tak terkenal dan tak ternama, tapi Allah anugerahkankan kepadanya sebuah wafat yang mulia (husnul khatimah).

Wallahu A’laa wa A’lam