Oleh: Ust. Kamrizal, Lc., MA

Satu hal bisa kita pastikan adalah bahwa kematian itu benar adanya. Mau ngak mau, siap ngak siap, kematian akan menimpa setiap makluk dan siapapun yg bernyawa, bahkan malaikat maut sekalipun, juga akan merasakan kematian. Hanya Allah Azza wa Jalla yg hidup selamanya dan tidak akan berakhir dg kematian.

Namun misteri yg tidak kita ketahui tentang mati adalah kapan kematian itu datang, dimana, dan dengan cara apa. Bahkan dimana kita akan dikuburkan pun tdk bisa ketahui sepenuhnya.
Prediksi, harapan dan keinginan boleh saja, ingin mati di Mekkah, ingin berkubur di makam keluarga, berharap mati setelah anak anak besar, dan sebagainya. Itu mungkin kita lakukan, boleh kita harapkan, atau kita doakan, tapi tak bisa kita pastikan.

Cara mati seseorang juga Allah takdirkan bermacam macam. Mati sakit, mati mendadak, mati terbunuh, mati di tempat tidur, mati kecelakaan, mati karena bencana alam, mati oleh virus, mati di usia tua dan mati di saat muda, dan sebagainya. Itu adalah ketetapan Allah pada siapa saja yg dikehendaki Nya, tidak bisa robah atau direkayasa.

Kemuliaan dan nilai seseorang tdk ditentukan oleh waktu, tempat, dan cara matinya itu, tapi ditentukan oleh dalam keadaan bagaimanakah seseorang itu mati.

Jika ia mati dalam keadaan baik, diredhai Allah, sedang beramal shaleh, dan husnul khatimah, kapan pun, dimanapun dan dg cara apapun ia mati, itu tidak jadi persoalan.

Di antara nabi dan rasul ada yg mati terbunuh, di antara sahabat ada yg mati oleh virus penyakit menular, di antara ulama ada yg mati di penjara, ada orang shaleh ada yg mati di tiang gantungan, mati kelaparan, mati kecelakaan, mati bencana alam, dan sebagainya. Justru kematian dg cara itu menambah Kemuliaan mereka, memberatkan timbangan amal shaleh mereka, menghapus dosa mereka dan meningkatkan derajat mereka. Kematian dg cara itu justru peluang besar untu mendapatkan prediket syahid dan husnul khatimah.

Sebaliknya bagi pendosa dan pelaku maksiat, penentang Allah dan agama, mati di tempat tidur pun sangat lah mengerikan, mati di istana pun bukan lah kemuliaan. Mati bergelimang harta, kemewahan dan kesenangan pun, bisa menjadi penyebab beratnya siksaan, dan kehinaan. Karena mati dalam dosa dan murka Allah, dan mati su’ul khatimah, adalah seburuk buruk kematian, walaupun dia mati di kasur empuk, dilepas oleh ribuan karangan bunga, dimakamkan dg tembakan penghormatan ke udara, di tempatkan dalam peti mati yg mahal dan di perkuburan elit dan ekslusif, dengan bangunan megah dan luar biasa.

Maka…mari fokuskan ikhtiar, upaya dan doa kita untuk mendapatkan mati dalam kemuliaan, sedang beramal dan berbuat kebajikan, husnul khatimah dan keredaan Tuhan. Masalah waktu, tempat dan cara, biar Allah yang tetapkan, dan memang sudah Dia takdirkan…