Oleh: Ustadz H. Irsyad Syafar, Lc., M.Ed
a. Defenisi, hukum dan kepada siapa diwajibkan sujud sahwi
Sahwi artinya secara bahasa adalah lupa atau lalai. Secara istilah sujud sahwi adalah DUA SUJUD yang dilakukan karena terlupa dalam shalat. Baik yang terlupa itu berupa rukun maupun wajib. Sujud sahwi dilakukan di dalam shalat sebelum salam atau setelah salam. Kedua bentuknya terdapat dalam hadits yang shahih.
Sujud sahwi hukumnya diperselisihkan oleh para ulama. Sebagian berpendapat adalah wajib. Ini pendapat madzhab Hanafi, Hambali dan salah satu pendapat dalam madzhab Maliki. Sebagian lain menyatakan hukumnya sunat, yaitu di kalangan madzhab Syafi’i dan salah satu pendapat dalam madzhab Maliki.
Dalil disyariatkan sujud sahwi lumayan banyak, antara lain adalah:
Pertama, Hadits Abu Sa’id Al Khudri, Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِى صَلاَتِهِ فَلَمْ يَدْرِ كَمْ صَلَّى ثَلاَثًا أَمْ أَرْبَعًا فَلْيَطْرَحِ الشَّكَّ وَلْيَبْنِ عَلَى مَا اسْتَيْقَنَ ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ فَإِنْ كَانَ صَلَّى خَمْسًا شَفَعْنَ لَهُ صَلاَتَهُ وَإِنْ كَانَ صَلَّى إِتْمَامًا لأَرْبَعٍ كَانَتَا تَرْغِيمًا لِلشَّيْطَانِ.
Artinya: “Apabila salah seorang dari kalian ragu dalam shalatnya, dan tidak mengetahui berapa rakaat dia shalat, tiga ataukah empat rakaat maka buanglah keraguan, dan ambilah yang yakin. Kemudian sujudlah dua kali sebelum salam. Jika ternyata dia shalat lima rakaat, maka sujudnya telah menggenapkan shalatnya. Lalu jika ternyata shalatnya memang empat rakaat, maka sujudnya itu adalah sebagai penghinaan bagi setan.” (HR. Muslim
Kedua, Hadits Abu Hurairah, ia berkata:
صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِحْدَى صَلَاتَيْ الْعَشِيِّ إِمَّا الظُّهْرَ وَإِمَّا الْعَصْرَ فَسَلَّمَ فِي رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ أَتَى جِذْعًا فِي قِبْلَةِ الْمَسْجِدِ فَاسْتَنَدَ إِلَيْهَا مُغْضَبًا وَفِي الْقَوْمِ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرَ فَهَابَا أَنْ يَتَكَلَّمَا وَخَرَجَ سَرَعَانُ النَّاسِ قُصِرَتْ الصَّلَاةُ فَقَامَ ذُو الْيَدَيْنِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَقُصِرَتْ الصَّلَاةُ أَمْ نَسِيتَ فَنَظَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمِينًا وَشِمَالًا فَقَالَ مَا يَقُولُ ذُو الْيَدَيْنِ قَالُوا صَدَقَ لَمْ تُصَلِّ إِلَّا رَكْعَتَيْنِ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَسَلَّمَ ثُمَّ كَبَّرَ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ كَبَّرَ فَرَفَعَ ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ ثُمَّ كَبَّرَ وَرَفَعَ.
Artinya: “Rasulullah SAW mengimami kami shalat pada salah satu dari dua shalat petang, mungkin shalat Zhuhur atau Ashar. Namun pada raka’at kedua, beliau sudah mengucapkan salam. Kemudian beliau pergi ke sebatang pohon kurma di arah kiblat masjid, lalu beliau bersandar ke pohon tersebut dalam keadaan marah. Di antara jamaah terdapat Abu Bakar dan Umar, namun keduanya takut berbicara. Orang-orang yang suka cepat-cepat telah keluar sambil berujar, “Shalat telah diqoshor (dipendekkan).” Sekonyong-konyong Dzul Yadain berdiri seraya berkata, “Wahai Rasulullah, apakah shalat dipendekkan ataukah anda lupa?” Nabi SAW menengok ke kanan dan ke kiri, lalu bersabda, “Betulkan apa yang dikatakan oleh Dzul Yadain tadi?” Jawab mereka, “Betul, wahai Rasulullah. Engkau shalat hanya dua rakaat.” Lalu beliau shalat dua rakaat lagi, lalu memberi salam. Sesudah itu beliau bertakbir, lalu bersujud. Kemudian bertakbir lagi, lalu beliau bangkit. Kemudian bertakbir kembali, lalu beliau sujud kedua kalinya. Sesudah itu bertakbir, lalu beliau bangkit.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedua hadits shahih di atas menunjukkan Rasulullah SAW sujud sahwi sebelum salam dan sesudah salam.
b. Tata cara pelaksanaan sujud sahwi
Sujud sahwi dilaksanakan dua kali, dengan takbir setiap kali akan sujud dan takbir ketika bangkit dari sujud. Adapun bacaan ketika sujud sahwi adalah sama seperti bacaan dalam sujud biasa. Ini pendapat dalam madzhab Syafii dan Hambali. Hal ini berdasarkan hadits shahih riwayat Abu Hurairah yang menceritakan tentang pertanyaan Dzul Yadain ketika Rasulullah SAW kurang dalam rakaat shalat dan sudah salam. Di ujung hadits Abu Hurairah menyatakan:
فَتَقَدَّمَ فَصَلَّى مَا تَرَكَ، ثُمَّ سَلَّمَ، ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ مِثْلَ سُجُودِهِ أَوْ أَطْوَلَ، ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ وَكَبَّرَ، ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ مِثْلَ سُجُودِهِ أَوْ أَطْوَلَ، ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ وَكَبَّرَ، ثُمَّ سَلَّمَ
Artinya: “Beliaupun akhirnya maju dan mengerjakan shalat yang ditinggalkan, kemudian salam kemudian bertakbir dan sujud seperti sujudnya atau lebih panjang kemudian mengangkat kepalanya dan bertabir, kemudian bertakbir dan sujud seperti sujudnya atau lebih panjang, kemudian mengangkat kepalanya dan bertakbir kemudian salam. (HR.Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits tersebut Abu Hurairah menyatakan bahwa Rasulullah SAW sujud dua kali seperti sujudnya yang biasa. Setelah sujud dua kali, Rasulullah SAW langsung memberi salam tanpa ada tasyahud kembali. Dan jika sujud sahwinya setelah salam, Rasulullah SAW juga bertakbir ketika akan sujud dan ketika bangkit dari sujud, kemudian memberi salam. Dalil sujud sahwi setelah salam adalah:
فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَسَلَّمَ ثُمَّ كَبَّرَ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ كَبَّرَ فَرَفَعَ ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ ثُمَّ كَبَّرَ وَرَفَعَ.
Artinya: “Lalu Beliau shalat dua raka’at lagi (yang tertinggal), kemudian Beliau salam. Sesudah itu Beliau bertakbir, lalu bersujud. Kemudian bertakbir lagi, lalu Beliau bangkit. Kemudian bertakbir kembali, lalu beliau sujud kedua kalinya. Sesudah itu bertakbir, lalu Beliau bangkit.” (HR. Bukhari dan Muslim)
c. Penambahan dan kekurangan dalam shalat
Para ulama sepakat bahwa penambahan dalam shalat baik raka’at, rukuk maupun sujud, bila dilakukan tidak sengaja, tidaklah membatalkan shalat. Akan tetapi wajib dilakukan sujud sahwi. Dalil sujud sahwi karena penambahan adalah berdasarkan hadits Abdullah bin Mas’ud ra, beliau berkata:
صَلَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الظُّهْرَ خَمْسًا، فَقَالُوا: أَزِيدَ فِي الصَّلاَةِ؟ قَالَ: «وَمَا ذَاكَ» قَالُوا: صَلَّيْتَ خَمْسًا ، فَثَنَى رِجْلَيْهِ وَاسْتَقْبَلَ القِبْلَةَ وَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ ، ثُمَّ سَلَّمَ
Artinya: “Nabi SAW shalat zhuhur lima raka’at, lalu mereka berkata: Apakah shalatnya ditambah? Maka Beliau SAW bertanya: Apa itu? Mereka menjawab: Engkau telah shalat lima raka’at, Lalu Beliau rapatkan kedua kakinya dan duduk menghadap kiblat dan sujud dua kali sujud kemudian salam.” (HR.Bukhari dan Muslim)
Adapun kekurangan dalam jumlah rakaat, maka harus ditambah sejumlah rakaat yang kurang. Walapun shalat sudah ditutup dengan salam. Maka imam (atau yang shalat sendirian) bertakbir memulai raka’at tambahan, dan kemudian sujud sahwi sebelum salam atau sesudah salam. Rasulullah SAW pernah shalat zhuhur 3 raka’at dan terlupa satu raka’at. berdasarkan hadits Imran bin Hushain ra, beliau berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى الْعَصْرَ، فَسَلَّمَ فِي ثَلَاثِ رَكَعَاتٍ، ثُمَّ دَخَلَ مَنْزِلَهُ، فَقَامَ إِلَيْهِ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ الْخِرْبَاقُ، وَكَانَ فِي يَدَيْهِ طُولٌ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ فَذَكَرَ لَهُ صَنِيعَهُ، وَخَرَجَ غَضْبَانَ يَجُرُّ رِدَاءَهُ، حَتَّى انْتَهَى إِلَى النَّاسِ، فَقَالَ: أَصَدَقَ هَذَا قَالُوا: نَعَمْ، «فَصَلَّى رَكْعَةً، ثُمَّ سَلَّمَ، ثُمَّ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ، ثُمَّ سَلَّمَ»
Artinya: “Sesungguhnya Rasulullahn melakukan shalat Ashr, lalu salam pada tiga raka’at. Kemudian Beliau masuk rumahnya. Berdirilah menemui Beliau seorang yang bernama al-Khirbaq dan kedua tangannya agak panjang. Dia berkata: Wahai Rasûlullâh! Lalu dia menjelaskan kepada Beliau apa yang telah Beliau kerjakan. Beliaupun keluar dalam keadaan marah dan menjulurkan selendangnya hingga sampai kepada para sahabatnya dan berkata: Apakah benar orang ini? Mereka menjawab: Iya. Maka Beliau SAW shalat satu raka’at lagi kemudian salam, kemudian sujud dua kali kemudian salam lagi. (HR Muslim).
Sedangkan kekurangan dalam rukun shalat maka para ulama sepakat bahwa itu tidak bisa diganti dengan sujud sahwi. Sebab ketinggalan salah satu rukun shalat menyebabkan shalat menjadi batal. Dan sujud sahwi fungsinya bukanlah sebagai pengganti yang lupa. Melainkan menutup kesalahan dan kelupaan yang terjadi, gara-gara syetan.
Dalilnya adalah dari hadits tentang orang yang buruk kualitas shalatnya karena telah meninggalkan tumakninah dalam setiap rukuk dan sujudnya, Rasulullah SAW menganggap shalatnya tidak sah dan menyuruh orang tersebut mengulangi shalat.
Adapun kekurangan dalam wajib shalat, seperti ketinggalan tasyahud pertama, maka wajib hukumnya sujud sahwi. Hal ini berdasarkan hadits Abdullah bin Buhainah ra, yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW mengimami shalat dan terlupa tasyahud awal. Abdullah bin Buhainah berkata:
صَلَّى بِنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَامَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الأُولَيَيْنِ قَبْلَ أَنْ يَجْلِسَ، فَمَضَى فِي صَلاَتِهِ، فَلَمَّا قَضَى صَلاَتَهُ انْتَظَرَ النَّاسُ تَسْلِيمَهُ، فَكَبَّرَ وَسَجَدَ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ، ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ، ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ، ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ وَسَلَّمَ.
Artinya: “Nabi SAW mengimami shalat kami, lalu bangkit pada raka’at kedua sebelum duduk. Lalu terus dalam shalatnya. Ketika akan selesai shalat Beliau, orang-orang menunggu salam Beliau, lalu Beliau bertakbir dan sujud sebelum salam kemudian mengangkat kepalanya kemudian bertakbir dan sujud kemudian mengangkat kepalanya dan salam.” (HR Bukhari dan Muslim)
d. Orang yang lupa berulang kali
Dua sujud yang dilakukan dalam sujud sahwi, berlaku untuk satu kesalahan atau kelupaan dan juga berlaku untuk kelupaan yang berulang kali (banyak) dalam satu shalat. Hal ini berdasarkan hadits yang menceritakan bahwa Rasulullah SAW shalat zhuhur hanya dua rakaat. Kekurangan dua rakaat yang di dalamnya terdapat dua rukuk, dua iktidal, empat sujud dan dua duduk diantara sujud, semua ditambahkan Rasulullah SAW setelah salam, lalu Beliau hanya sujud sahwi satu kali (dua sujud) saja untuk semua kelupaan tersebut. Bukan satu kelupaan lalu satu sujud sahwi.
e. Lupa Sujud Sahwi dan baru teringat setelah shalat
Apabila seseorang terlupa dalam shalatnya, baik ia menjadi imam ataupun shalat sendirian, dan yang terlupa itu sudah dilaksanakannya dalam shalat. Akan tetapi ia terlupa melakukan sujud sahwi. Bagaimanakah penyikapannya?
Bila jaraknya belum terlalu lama dengan selesainya shalat, lalu teringat atau diingatkan, maka menurut pendapat jumhur, ia harus sujud sahwi. Hal ini berdasar hadits Ibnu Mas’ud (di atas) ketika Rasulullah shalat zhuhur sampai 5 rakaat. Setelah shalat Beliau diingatkan oleh sahabat bahwa shalat berlebih satu rakaat. Maka Beliau menghadap kiblat dan sujud dua kali.
Akan tetapi bila jaraknya sudah jauh dengan shalat, maka gugur kewajiban sujud sahwinya. Ini merupakan pendapat madzhab Syafi’i dan Hambali.
f. Shalat bagi orang yang ragu jumlah rakaatnya.
Ragu-ragu dalam jumlah bilangan raka’at shalat adalah hal yang mungkin terjadi. Rasulullah SAW memberikan solusi dan perintah pada orang yang ragu dalam shalat dalam dua perintah:
Pertama, Perintah untuk kembali melihat kepada perkiraan terkuat dengan indikator yang menguatkannya bagi yang mampu melakukannya. Sebagaimana dalam hadits Abdullah bin Mas’ud ra, beliau berkata:
صَلَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا سَلَّمَ قِيلَ لَهُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَحَدَثَ فِي الصَّلاَةِ شَيْءٌ؟ قَالَ: «وَمَا ذَاكَ»، قَالُوا: صَلَّيْتَ كَذَا وَكَذَا، فَثَنَى رِجْلَيْهِ، وَاسْتَقْبَلَ القِبْلَةَ، وَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ، ثُمَّ سَلَّمَ، فَلَمَّا أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ، قَالَ: «إِنَّهُ لَوْ حَدَثَ فِي الصَّلاَةِ شَيْءٌ لَنَبَّأْتُكُمْ بِهِ، وَلَكِنْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ، أَنْسَى كَمَا تَنْسَوْنَ، فَإِذَا نَسِيتُ فَذَكِّرُونِي، وَإِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلاَتِهِ، فَلْيَتَحَرَّ الصَّوَابَ فَلْيُتِمَّ عَلَيْهِ، ثُمَّ لِيُسَلِّمْ، ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ»
Artinya: “Nabi SAW melakukan shalat, ketika Beliau salam, ada yang bertanya: Apakah terjadi sesuatu yang baru dalam shalat? Beliau menjawab: Apa itu? Mereka menjawab: Engkau telah shalat begini dan begitu. Lalu beliau sejajarkan kedua kakinya dan menghadap kiblat dan sujud dua kali sujud kemudian salam. Ketika Beliau menghadapkan wajahnya kepada kami, Beliau berkata: “Sesungguhnya apabila terjadi sesuatu yang baru dalam shalat, tentulah aku beritahukan kalian, tetapi aku hanyalah manusia biasa seperti kalian, aku bisa lupa sebagaimana kalian lupa, Maka bila aku lupa ingatkanlah! dan apabila salah seorang di antara kalian merasa ragu dalam shalatnya, maka hendaklah dia menentukan sendiri yang menurutnya benar, lalu menyempurnakan dengan pilihannya tadi kemudian salam, kemudian sujud dua kali.” (HR.Bukhari dan Muslim)
Kedua, perintah Beliau SAW kepada orang yang ragu untuk berpatokan kepada yang yakin yaitu yang paling sedikit. Misalnya ragu antara 3 rakaat atau 4 rakaat. Maka yang paling yakin adalah yang sedikit, yaitu 3 rakaat. Lalu hilangkan keraguan dengan menambah satu rakaat dan sujud sebelum salam. Hal ini berdasarkan hadits Abu Sa’îd al-Khudri ra bahwa Nabi SAW pernah bersabda.
إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلاَتِهِ فَلَمِ يَدْرِ كَمْ صَلَّى ثَلاَثًا أَمْ أَرْبَعًا؟ فَلْيَطْرَحِ الشَّكَ وَلْيَبْنِ عَلَى مَا اسْتَيْقَنَ ثُمَّ يَسْجُدُ سَجدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ، فَإِنْ كَانَ صَلَّى خَمْسًا شَفَعْنَ لَهُ صَلاَتُهُ، وَإِنْ كَانَ صَلَّى إِتْمَامًا لأِرْبَعٍ كَانَتَا تَرْغِيْمًا لِلشَّيْطَانِ .
Artinya: “Apabila salah seorang di antara kalian merasa ragu dalam shalatnya dan dia tidak tahu berapa raka’at dia shalat, tiga atau empat raka’at, maka hendaknya dia membuang keraguan tersebut dan hendaknya dia mengerjakan sesuai dengan apa yang diyakininya, kemudian sujud dua kali sebelum salam. Jika dia ternyata shalat lima raka’at, maka shalatnya tersebut akan menjadi syafaat baginya, sedangkan jika ternyata dia shalat tepat empat raka’at, maka kedua sujudnya bisa membuat marah syetan.” (HR Muslim)
g. Mengingatkan Imam yang lupa.
Makmum wajib mengikut imam dalam semua gerakan shalat. Bila imam terlupa, maka makmum laki-laki mengingatkan dengan bertasbih, dan makmum perempuan mengingatkan dengan menepuk tangan. Bila imam melakukan sujud sahwi, maka makmum wajib mengikuti sujud sahwi imam. Walaupun makmum tidak tahu apa yang terlupa.
17. SUJUD TILAWAH DALAM SHALAT
a. Defenisi dan Hukum Sujud Tilawah
Sujud tilawah adalah sujud yang disebabkan karena membaca atau mendengar ayat-ayat sujud yang terdapat dalam Al Qur’an Al Karim.
Sujud tilawah ini hukumnya sunnat menurut jumhur ulama. Baik ketika dalam shalat maupun ketika membaca atau mendengar Al Quran di luar shalat. Maka apabila imam membaca salah satu ayat sujud, lalu imam sujud, maka makmum wajib ikut sujud bersama imam. Begitu juga bagi yang shalat sendirian dan membaca ayat tersebut.
b. Ayat-ayat sujud di dalam Al Quran.
Ayat-ayat sujud di dalam Al Quran itu ada 15 ayat, yang tersebar di 14 surat di dalam Al Quran. Salah satunya di dalam surat As Sajadah ayat 15 yang biasa dibaca ketika shalat shubuh di hari jumat. Ayat-ayat sujud ini apabila dibaca oleh imam dalam shalat jahriyah (dibaca keras), seperti pada shalat magrib, isya, shubuh, tarawih atau qiyamullail, baik pada raka’at pertama maupun raka’at kedua, maka disunatkan sujud.
Ayat-ayat sujud tersebut adalah:
1. Al A’raf ayat 206
2. Ar Ra’du ayat 15
3. An Nahl ayat 49-50
4. Al Isra’ ayat 107-109
5. Maryam ayat 58
6. Al Hajj ayat 18
7. Al Hajj ayat 77
8. Al Furqan ayat 60
9. An Naml ayat 25-26
10. As Sajdah ayat 15
11. Fushilat ayat 38
12. Shaad ayat 24
13. An Najm ayat 62 (ayat terakhir)
14. Al Insyiqaq ayat 20-21
15. Al ‘Alaq ayat 19 (ayat terakhir)
c. Keutamaan Sujud Tilawah.
Keutamaan sujud tilawah adalah membuat syetan tersingkir dan berduka. Sebab, ia telah engkar kepada Allah SWT ketika diperintahkan sujud. Sedangkan orang beriman patuh bersujud ketika mendapat perintah sujud. Berdasarkan hadits dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا قَرَأَ ابْنُ آدَمَ السَّجْدَةَ فَسَجَدَ اعْتَزَلَ الشَّيْطَانُ يَبْكِى يَقُولُ يَا وَيْلَهُ – وَفِى رِوَايَةِ أَبِى كُرَيْبٍ يَا وَيْلِى – أُمِرَ ابْنُ آدَمَ بِالسُّجُودِ فَسَجَدَ فَلَهُ الْجَنَّةُ وَأُمِرْتُ بِالسُّجُودِ فَأَبَيْتُ فَلِىَ النَّارُ.
Artinya: “Jika anak Adam membaca ayat sajadah, lalu dia sujud, maka setan akan menjauhinya sambil menangis. Setan pun akan berkata-kata: “Celaka aku. Anak Adam disuruh sujud, dia pun bersujud, maka baginya surga. Sedangkan aku sendiri diperintahkan untuk sujud, namun aku enggan, sehingga aku pantas mendapatkan neraka.” (HR. Muslim).
d. Tata cara sujud tilawah di dalam shalat.
Apabila imam atau yang shalat sendirian sampai pada ujung ayat sujud, maka hendaklah:
Bertakbir untuk sujud.
Sujud sebanyak satu kali
Disunnahkan membaca doa ketika sujud.
Bangkit dari sujud dengan bertakbir
Melanjutkan bacaan ayat berikutnya.
Jika ayat sujudnya merupakan ayat terakhir, maka dilanjutkan dengan ayat pada surat berikutnya.
Sujud tilawah tidak ada takbiratul ihram dan tidak ada salam.
e. Bacaan/Doa sujud tilawah ketika shalat.
Bacaan/Doa yang dibaca dalam sujud tilawah, menurut hadits-hadits yang shahih adalah sama dengan doa yang dibaca ketika sujud biasa. Ada bacaan lain yang bersumber dari hadits ‘Aisyah, beliau mengatakan bahwa Rasulullah SAW biasa membaca dalam sujud tilawah di malam hari beberapa kali bacaan:
سَجَدَ وَجْهِى لِلَّذِى خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ تَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ.
Artinya: “Wajahku bersujud kepada Penciptanya, yang Membentuknya, yang Membentuk pendengaran dan penglihatannya. Maha Suci Allah Sebaik-baik Pencipta.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan An Nasai).
Wallahu A’laa wa A’lam