Oleh: Kamrizal Syafri Adam, Lc., MA
IMAN, adalah Modal Pertama dan Utama.
Allah SWT berfirman: “dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam syurga), dan Kami tidak mengurangi sedikitpun pahala amal (kebajikan mereka) . Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS al Thuur 52:21).
Iman adalah modal terpenting untuk masuk syurga dan untuk reuni di sana. Ketiadaan iman (kafir) adalah penyebab utama seseorang diharamkan dari syurga. Dengan iman siapapun dan dengan latar belakang apapun, punya peluang dan kans untuk masuk syurga.Sebaliknya, tanpa iman, bahkan anak nabi dan orang tua rasul pun, dan kerabat dari kekasih Allah sekalipun, diharamkan masuk kesana.
Imanlah (masuk islam) yang menyelamatkan Umar bin Khatab, Khalid bin Walid, Abu Sufyan, Ikrimah bin Abi Jahal dari neraka. Betapapun banyak dosa dan kesalahan mereka sebelumnya. Berkat iman (mereka masuk Islam), dosa mereka diampuni dan mereka layak masuk syurga. Sebaliknya, kekafiranlah yang memisahkan antara Nabi Luth dan istrinya, Asiah dan suaminya(Firaun), Azar dan putranya (Nabi Ibrahim), Nabi nuh dan anaknya, dan Nabi Muhammad SAW dengan pamannya Abu Lahab dan Abu Jahal.
Iman adalah syarat mutlak, syarat pertama, syarat utama, dan syarat minimal seseorang bisa masuk kedalam Syurga. Iman yang tidak bercampur dengan kemusyrikan. Iman yang tidak dirusak oleh kemurtadan dan kekafiran, serta kemunafikan. Maka orang tua yang beriman, akan reuni dengan anaknya yang beriman, suami-istri yang beriman akan berjumpa dengan pasangannya yang beriman, saudara akan bertemu dengan saudaranya yang beriman, sahabat akan bersua dengan sahabatnya, jika sama sama beriman. Jadi sama sama beriman adalah syarat untuk masuk syurga, dan insya Allah reuni disana. Jika salah satunya kafir, apalagi dua duanya kafir, maka lenyaplah kesempatan itu, dan hanguslah tiket itu. Tidak ada seorang pun, dan tidak ada satu amal pun yang bisa menebus dosa kekafiran itu. Seseorang, jika ia meninggal dalam keadaan kafir, tidak akan bisa menolong dan ditolong oleh orang orang yang mereka cintai dan mencintai mereka. Mereka akan bersimpang jalan, yang satu menuju syurga, tempat yang penuh dengan kebahagiaan, dan yang lain menuju neraka, tempat yang penuh dengan kesengsaraan.
Allah berfirman: ” Seseungguhnya orang-orang kafir, dan mati dalam kekafiran, tidak akan diterima (tebusan) dari seseorang dari mereka sekalipun (berupa) emas sepenuh bumi, sekiranya dia hendak mendebus diri dengannya. Mereka itulah orang yang mendapat azab yang pedih dan tidak memperoleh penolong.”(QS Ali Imrah, 3; 91)
Sebaliknya dengan iman, walau sebesar biji sawi, selama tidak rusak dan batal oleh kemusyrikan dan kekafiran, insya Allah berpeluang untuk masuk syurga, cepat atau lambat. Itu juga berarti, mereka akan reuni juga akhirnya cepat atau lambat.
Allah berfirman: “ Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk” (Q.S al An’am: 6, ayat 82).
Rasulullah bersabda: “Maka Allah berkata, ”keluarkan lah dari neraka orang yang memiliki iman sebesar biji sawi” (HR. Bukhari dari Abu Said al Khudry.)
Reuni yang bukan ‘Reuni’
Reuni yang dirindukan, dan pertemuan yang didambakan, tentu bukan asal bertemu, atau yang penting berjumpa, atau bersua. Reuni yang didamba adalah reuni yang diliputi kebahagiaan, dalam nuansa keharuan dan penuh tawa, nostalgia indah pesona, ditempat yang penuh dengan kebahagiaan, syurga. Bukan asal reuni, bukan sekedar bertemu, atau yang penting bicara.
Pertemuan, dalam dalam moment yang tidak ideal, perjumpaan dalam suasana nelangsa, atau dialog penuh netapa. Itu bukan reuni, dan jika itu adalah reuni, bukan itu reuni yang kita dambakan dan bukan suasana itu yang kita impikan.
Allah berfirman:”Para penghuni neraka menyeru para penghuni syurga, “tuangkanlah (sedikit) air kepada kami, atau rezeki apa saja yang telah dikaruniakan Allah kepadamu”, Mereka menjawab, “sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya bagi orang-orang kafir,” (QS al A’raf, 7; 50).
Berkata ibnu Abbas: ”memanggil seseorang saudaranya atau bapaknya, seraya berkata: aku telah terbakar, tuangkan untukku air, maka ada suara berkata: jawablah oleh mu mereka itu:” Sesungguhnya Allah telah mengharamkannya untuk orang orang kafir”.
Said bin Jubair juga berkata: ”…memangggil seseorang pada saudaranya, wahai saudaraku, aku telah terbakar, selamatkan aku, lalu ia berkata:” sesungguhnya Allah mengharamkannya atas orang kafir (Tafsir Thobari, 12;473-474).
Firman Allah ini menceritakan bahwa nanti ada juga pertemuan, ada perjumpaan, bahkan juga saling dialog. Bisa jadi antara orang tua dan anak. Suami dan istri, kakak dan adik, sahabat dan karib, yang salah satunya adalah penghuni syurga, dan yang lainnya penghuni nereka. Mereka saling kenal, dan karenanya saling memanggil, saling bicara, bahkan minta dan mohon sedikit air, sedikit makanan, memelas, mungkin juga menangis, atau bahkan menjerit. Pertemuan ini jauh dari tawa, tak mungkin ada bahagia, lalu yang di syurga tak bisa berbuat apa apa, selain mengatakan: ”Allah haramkan ini untuk orang orang kafir’.
Jelas ini bukan reuni, dan kalau ia adalah reuni, bukan reuni seperti ini yang kita pinta dan kita pendam di hati. Bayangkan suasananya, perhatikan dialognya. Yang satu di syurga penuh dengan kenikmatan, kenyamanan, berlimpah makanan dan minuman, sementara yang lain di neraka, panas, menyakitkan, kelaparan dan kehausan, penuh dengan kesengsaraan, bahkan untuk memohon dan mendapatkan seteguh air, atau sepotong makananpun mereka tak diizinkan.
Bisakah kita bayangkan, jika kisah ini dilakoni oleh kita dan orang yang kita cintai. Bagaimanakah sekiranya yang memohon itu orang tua kita, yang menangis itu anak kita, yang kehausan itu saudara kita, yang minta belas kasih itu adalah belahan jiwa dan jantung kita?? Ya Allah,..jangan sampai…, ya Allah jauhkanlah……, ya Allah sayangi kami……, ya Allah selamatkan kami dan orang orang yang kami cintai dari tragedi ini.
Maka tugas besar kita adalah menjaga keluarga kita dari neraka, berjuang agar keluarga kita menjaga imannya. Karena iman yang sangat miniml pun insya bisa menjaga sesseorang dari kekal dalam neraka, dan membuat mereka berkesempatan masuk SYURGA. Dan tugas berat itu tunaikan sekarang!!! Ya… sekarang, didunia, dan mumpung masih hidup. Karena tidak ada lagi kesempatan lain dan tidak ada peluang kedua.
Maka, seperti apapun kondisi buah hati kita dan orang terkasih kita, menyakiti kita, mengecewakan kita, membuat kita menangis, tapi…..jangan pernah berhenti berusaha untuk menyelamatkan mereka dari neraka. Berdoalah terus dengan tulus agar Allah beri mereka hidayah dan Allah jaga iman mereka, lalu Allah matikan mereka dalam keadaan beriman. Inilah tugas terberat kita, yaitu menjaga mereka dari neraka, dan itu adalah bila mereka beriman, terus beriman dan tetap beriman, sampai mati. Semoga Allah kuatkan kita, dan Allah bantu lalu Allah berkahi usaha kita, dan Allah kabulkan doa kita.
“Ya Allah, jadikalah kami mencintai keimanan, dan hiasilah Iman itu dalam hati kami, dan jadikan kami membenci kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan, dan masukkan kami kedalam golongan orang yang mendapat petunjuk.”
Wallahu a’lam.