Perempuan Lebih Banyak Bicara

Oleh: Irsyad Syafar
Dari beberapa referensi dan bacaan, katanya perempuan itu lebih banyak bicaranya dibandingkan kaum lelaki. Kata Louann Brizendine dalam buku “The Female Brain”, menyatakan bahwa perempuan mengatakan sekitar 20.000 kata sehari, sedangkan laki-laki mengatakan sekitar 7.000 kata.
Sangat ekstrim memang perbedaanya. Namun ada penelitian lain yang membantah data tersebut. Katanya itu hanya mitos. Namun penelitian tersebut tetap menempatkan perempuan lebih banyak berbicara (16 ribu lebih kosa kata perhari) dibanding lelaki (15 ribu perhari).
Dan dalam realita lapangan memang banyak ditemukan kondisi tersebut. Emak-emak kalau ditanya satu, jawabannya bisa berputar-putar dan agak banyak. Ujung dan subtansinya tetap satu. Sebaliknya bapak-bapak kalau ditanya satu, ya jawabnya satu atau singkat saja. Kadang sebagian istri agak kesal juga kalau suaminya gak banyak bicara.
Dalam Islam, banyak bicara itu memang agak dipandang kurang baik. Apalagi kalau yang dibicarakan itu tidak bermanfaat. Makanya, ciri orang beriman itu adalah berkata yang baik-baik saja. Atau kalau gak, sebaiknya diam. Sebagaimana hadits Nabi Saw:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت.
Artinya: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Islam juga mencela orang-orang yang banyak ngomong. Mereka sangat dibenci oleh Rasulullah dan sangat jauh tempat mereka dari Rasul pada hari kiamat. Sebagaimana sabda Beliau:
وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ وَالْمُتَفَيْهِقُونَ.
Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku pada hari kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara, orang yang menfasih-fasihkan pembicaraannya dan orang-orang yang sombong.” (HR Tirmidzi).
Rasulullah Saw telah mewanti-wanti bahwa setiap perkataan kita akan dihisab. Dan banyak yang menjadi penyebab seseorang tersungkur ke dalam api neraka. Mu’adz bin Jabal pernah bertanya kepada Nabi Saw:
يَا نَبِيَ اللهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُوْنَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ ؟ فَقَالَ : ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذٍ، وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسُ فِي النَّارِ عَلَى وُجُْهِهِمْ، أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ، إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ.
Artinya: “Wahai Nabi Allah, apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang kami katakan?” Maka beliau bersabda, “Celaka engkau. Adakah yang menjadikan orang tersungkur mukanya (atau ada batang hidungnya) ke dalam neraka, selain ucapan lisan mereka?” (HR. Tirmidzi).
Suatu hari Rasulullah Saw menyampaikan khutbah hari raya. Kemudian beliau melewati dan mendatangi jamaah wanita. Lalu Beliau memberikan nasehat dan mengingatkan mereka. Beliau berkata:
يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فَإِنَّكُنَّ أَكْثَرُ حَطَبِ جَهَنَّمَ.
Artinya: “Wahai para wanita, bersedekahlah karena kalian itu yang paling banyak menjadi bahan bakar api neraka Jahannam.”
Kemudian ada seorang wanita terbaik dari mereka berdiri lalu bertanya, “Kenapa wanita yang paling banyak masuk neraka, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab:
لِأَنَّكُنَّ تُكْثِرْنَ الشَّكاَةَ وَتَكْفُرْنَ العَشِيْرَ.
Artinya: “Karena kalian banyak mengeluh dan tidak mensyukuri pemberian suami kalian.”
Jabir ra. berkata, “Lantas para wanita tersebut bersedekah dengan perhiasan mereka. Mereka melemparkan perhiasan mereka pada kain Bilal, ada di situ anting dan cincin mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Akan berbahaya sekali kalau seorang istri yang terlalu banyak bicara, sehingga kadang membuat suaminya tersinggung atau tersakiti. Karena hal itu akan menyebabkan kerugian bagi si istri tersebut di akhirat. Sebagaimana dalam haditsnya, Rasulullah Saw bersabda:
لاَ تُؤْذِى امْرَأَةٌ زَوْجَهَا فِى الدُّنْيَا إِلاَّ قَالَتْ زَوْجَتُهُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ لاَ تُؤْذِيهِ قَاتَلَكِ اللَّهُ فَإِنَّمَا هُوَ عِنْدَكِ دَخِيلٌ يُوشِكُ أَنْ يُفَارِقَكِ إِلَيْنَا.
Artinya: “Tidaklah seorang istri menyakiti suaminya di dunia, melainkan calon istrinya di akhirat dari kalangan bidadari akan berkata: “Janganlah engkau menyakitinya. Semoga Allah mencelakakanmu, sebab ia hanya sementara berkumpul denganmu. Sebentar lagi ia akan berpisah dan akan kembali kepada kami.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Untuk menyalurkan hasrat, energi dan kebutuhan bicara yang banyak itu, barangkali kaum muslimah bisa mengambil beberapa alternatif, diantaranya: memperbanyak tilawah Al Quran dalam sehari, banyak berdizikir dan istighfar, mengajar dan menjadi guru, atau berdakwah kepada sesamanya. Sehingga kosa kata yang 20 ribu perhari itu bisa “lepas” secara baik. Malah mendatangkan pahala. Wallahu A’laa wa A’lam.

Tinggalkan komentar