Olah: Ust. Irsyad, Syafar, Lc., M.Ed
Langsung muncul pertanyaan di tengah masyarakat, “Kenapa ini, masjid sepi dan ditutup? Tapi warung dan cafe tetap ramai dan tidak ditutup?”
Dibalik pertanyaan ini juga terselip nada protes. Sebab, mungkin dalam logika sederhana mereka seharusnya warung yang wajib ditutup, bukan masjid dan mushalla.
Sebenarnya perintah berdiam diri dan bertahan di rumah serta menghindari keramaian itu berlaku bagi semua masyarakat. Tidak ada diskriminasi. Sebab, keramaian dan interaksi sosial itulah penyebab utama penularan covid 19. Maka, mata rantainya harus diputus.
Akan tetapi, kenyataannya memang hanyalah masjid dan orang-orang shalehlah yang paling cepat dan tanggap dalam melaksanakan perintah tersebut. Masjid mereka tutup dan mereka berjamaah di rumah mereka. Walaupun sebenarnya hati mereka sedih dan air mata mereka berlinang. Mereka lakukan itu semua karena patuh.
Itulah salah satu rahasia kenapa mayoritas perintah-perintah Allah yang WAJIB dan larangan-laranganNya yang HARAM di dalam Al Quran, selalu dimulai dengan seruan “Wahai orang-orang yang beriman” (yaa ayyuhalladziina aamanuu).
Ketika memerintahkan berwudhuk, berpuasa, menuliskan hutang-piutang, mentaati Allah dan RasulNya, melaksanakan qishash, menjaga diri dan keluarga dari api neraka, berlaku adil dan amanah, dan lain-lain, semuanya Allah awali dengan seruan “wahai orang-orang yang beriman”.
Sebaliknya, ketika larangan mendekati zina, memakan riba, mengambil harta orang lain secara aniaya, meminum tuak, berjudi, menyembah berhala, mengundi nasib, mencela orang lain, semuanya juga Allah mulai dengan seruan “wahai orang-orang yang beriman”.
Itu semua karena orang berimanlah yang paling siap mengeksekusi perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Karakter iman itu cenderung patuh dan nurut. Adapun selain mereka, cenderung bandel, ngeyel, nyinyir dan mada.
Hadaanallahu wa iyyaakum ajma’in.