Benarkah Lafaz ‘Waqarna’ Isyarat Terkait Corona?

Pertanyaan
Ustadz, beredar artikel tentang virus Corona dikaitkan dengan Q.S. Al-Ahzab [33] ayat 33, bagaimana pendapat antum?

Jawaban
Allah ﷻ berfirman dalam ayat dimaksud, sbb.:

وَقَرۡنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجۡنَ تَبَرُّجَ ٱلۡجَٰهِلِيَّةِ ٱلۡأُولَىٰۖ وَأَقِمۡنَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتِينَ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَطِعۡنَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓۚ إِنَّمَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيُذۡهِبَ عَنكُمُ ٱلرِّجۡسَ أَهۡلَ ٱلۡبَيۡتِ وَيُطَهِّرَكُمۡ تَطۡهِيرٗا

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu, dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.

Dari ayat ini terdapat beberapa pelajaran, sbb.:

1. Perintah ini asalnya khusus untuk Ahlul Bait Nabi ﷺ dari kalangan istri-istri beliau

Ayat 33 dalam surat Al-Ahzab [33] berkorelasi dengan ayat 32, dimana Allah ﷻ berfirman:
يَٰنِسَآءَ ٱلنَّبِيِّ لَسۡتُنَّ كَأَحَدٖ مِّنَ ٱلنِّسَآءِ إِنِ ٱتَّقَيۡتُنَّۚ فَلَا تَخۡضَعۡنَ بِٱلۡقَوۡلِ فَيَطۡمَعَ ٱلَّذِي فِي قَلۡبِهِۦ مَرَضٞ وَقُلۡنَ قَوۡلٗا مَّعۡرُوفٗا

Wahai istri-istri Nabi! Kamu tidak seperti perempuan-perempuan yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk (melemah lembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik.

Ayat 32 ini adalah firman Allah ﷻ kepada istri-istri Rasulullah ﷺ untuk membimbing mereka dalam ketakwaan, dan tentunya agar menjadi teladan bagi seluruh wanita mukminah sepanjang masa, yakni jangan berlemah lembut dalam berkata-kata kepada laki-laki agar tidak muncul fitnah, selalu berkata yang baik (ma’ruf), menjaga diri di dalam rumah dan tidak berhias atau bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah dan selalu menjaga shalat, zakat dan menta’ati seluruh perintah Allah. Seluruh bimbingan ini agar bersihnya Ahlul Bait Nabi ﷺ dari segala bentuk dosa.

Syaikh Wahbah az-Zuhaili mengingatkan bahwa istri-istri Ahlul Bait adalah wanita yang paling mulia selama mereka memenuhi syarat ketakwaan, yang selalu berbicara dengan serius, teguh dan kuat, supaya tidak ada penafsiran lain dalam jiwa laki-laki lawan bicaranya, tidak muncul penyakit hati padanya. Di dalam rumah, mereka hendaknya terbiasa menghidupkan dan mengajarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk semua orang.

2. Pelafazhan kata ‘waqarna’atau ‘waqirna’ disikapi secara berbeda oleh para ulama Qira’at

Mayoritas ulama Qira’at membacanya dengan ‘waqirna’ dengan kasrahpada huruf qaf yang diambil dari kata ‘waqara’ yang berarti tenang. Adapun Imam ‘Ashim dan Nafi’ membacanya dengan fathah pada huruf qaf. (Hal ini dijelaskan oleh Abu Hayyan dalam Al-Bahr al-Muhith (8/476, 477))

Namun, Ibn Jarir ath-Thabari menjelaskan bahwa umumnya ulama Qira’at membacanya dengan ‘waqarna’ dengan fathah pada huruf qafyang artinya berdiamlah di rumah-rumah kalian. Ulama Qira’at Kufah dan Bashrah-lah menurut beliau yang membacanya dengan ‘waqirna’yang maknanya jadilah kalian orang-orang yang memiliki ketenangan di rumah-rumah kalian.

Ibn Jarir ath-Thabari sendiri memilih bacaan dengan kasrah ini yang lebih mendekati kebenaran, karena seandainya ia diambil dari kata ‘waqara’ yang bermakna tenang seperti pendapat yang beliau pilih, maka bacaan yang tepat adalah dengan kasrah pada huruf qaf, sebab bentuk fi’l mudhari’-nya yaitu ‘yaqiru’ dengan kasrah pada huruf qaf, sehingga bentuk fi’l amr juga dibaca kasrah pada huruf qaf. Adapun jika diambil dari lafazh ‘qararun’, maka seharusnya dibaca ‘iqrirna’.

Adapun mereka yang membaca ‘waqarna’ menurut ath-Thabari mengambil dari kebiasaan ungkapan orang Arab.

3. Bersihnya dosa bagi wanita Ahlul Bait adalah dengan menjaga seluruh bimbingan-Nya

Ayat ini menegaskan bahwa bersihnya dosa para wanita Ahlul Bait adalah dengan mengikuti bimbingannya, bukan dengan COVID-19.

Namun begitu, secara umum Islam membimbing manusia bahwa setiap ujian yang diterima kaum muslimin, jika kaum muslimin bersabar, maka Allah ﷻ akan hapuskan dosanya. Sebagaimana hadits Nabi ﷺ diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari No. 5641 dan Imam Muslim No. 2573:
مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ ؛ وَلَا نَصَبٍ ؛ وَلَا هَمٍّ ؛ وَلَا حَزَنٍ ؛ وَلَا غَمٍّ ؛ وَلَا أَذًى – حَتَّى الشَّوْكَةُ يَشَاكُهَا – إلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit (yang terus menerus), rasa capek, kekhawatiran (pada pikiran), sedih (karena sesuatu yang hilang), kesusahan hati atau sesuatu yang menyakiti sampai pun duri yang menusuknya melainkan akan dihapuskan dosa-dosanya.

Wallahu a’lam,

____________________
Rubrik edisi ini diasuh oleh ustaz Dr. H. Wido Supraha, Wakil Sekretaris Komisi Ukhuwah MUI Pusat. e-Mail: wido.supraha@uika-bogor.ac.id

Tinggalkan komentar