Padang|sippfm.com-Tercatat sekitar 50 anak mengikuti kegiatan di rumah tinggal, 14 di antaranya juga tinggal di asramanya. Mereka datang ke Turki tanpa orang tua dan sanak saudara. Ada yang orang tuanya tidak bisa memasuki wilayah Turki karena masalah dokumen, ada pula yang orang tua dan keluarganya yang hilang tanpa kabar.
Kemarin, Senin (24/12), tim Aksi Cepat Tanggap mengunjungi sebuah rumah yang menampung belasan anak yatim dan terlantar Uighur. Tempat ini juga menjadi tempat mereka belajar. Sebab sebagian besar dari mereka tiak memiliki identitas resmi untuk bisa mendapatkan pendidikan formal di Turki semenjak paspor orang tua dan keluarga mereka dicabut oleh otoritas Tiongkok.
Sehingga, saat anak-anak ini memasuki wilayah Turki, mereka tinggal di rumah dan asrama ini dengan segala keterbatasannya. Sebab, operasional rumah dan asrama ini, bergantung pada donatur-donatur lokal Turki yang sebagian besar adalah akademisi.
Menanggapi kondisi tersebut, ACT untuk memberikan support berupa beasiswa untuk 50 anak-anak Uighur tersebut. Tidak hanya bantuan beasiswa pendidikan, ACT juga akan mensupport mereka dengan pendampingan hidup.