Tradisi Makan Bajamba dan Nilai-Nilainya di Minangkabau

Pergeseran budaya yang terjadi di era modern ini telah menghapus beberapa tradisi luhur, termasuk tradisi makan bajamba di Minangkabau. Tradisi yang sarat makna dan nilai-nilai sosial ini perlahan terkikis oleh arus modernisasi. Hal ini disampaikan oleh Angku Heru Fitria Desandi DT Majo Basa, dalam program Dialog Sosial Budaya pada Rabu 13 November 2024, dengan tema Tradisi Makan Bajamba dan Nilai – nilainya di Minangkabau.

 

“Bajamba” berasal dari penggabungan dua kata: “ba” yang berarti bersama dan “jamba” yang merujuk pada satu wadah makanan yang sudah ditata rapi dalam satu tempat. Dengan demikian, Bajamba, berarti makan bersama-sama dalam satu tempat dan waktu. Di ranah Minang, tradisi makan bajamba memiliki beragam model di setiap daerah, beberapa daerah di Minangkabau melakukan tradisi makan bajamba menggunakan piring besar atau piring kanso, seperti di daerah Agam dan sekitarnya, ada yang melakukan tradisi makan bajamba dengan menggunakan dulang. Selain itu, di beberapa daerah di Minangkabau juga melakukan makan bajamba tanpa dulang, melainkan  dengan menggunakan piring kecil namun tetap dimakan dalam tempat dan waktu yang bersamaan.

 

Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi makan bajamba

  1. Nilai kebersamaan

Makan bajamba dilakukan bersama-sama di dalam satu rumah, sehingga memperkuat ikatan keluarga dan masyarakat.

  1. Nilai kesetaraan

Dalam makan bajamba, tidak ada kasta. Makanan yang dihidangkan kepada tokoh adat dan penghulu sama dengan makanan yang dihidangkan untuk yang lain.

  1. Nilai gotong royong

Makan bajamba membutuhkan banyak orang dalam penyajian dan persiapannya. Hal ini menumbuhkan semangat kerjasama dan gotong royong di antara anggota masyarakat.

  1. Nilai penghormatan

Proses makan bajamba dimulai dengan petatah petitih dan dimulai dengan orang yang dituakan, menunjukkan penghormatan terhadap orang yang lebih tua.

  1. Nilai pendidikan

Proses makan bajamba tidak hanya tentang makan saja, tetapi juga mengajarkan anak beserta kemenakan bagaimana cara makan yang benar sesuai adab yang berlaku.

 

Kapan tradisi makan bajamba dilakukan?

Tidak ada aturan khusus dalam tradisi makan bajamba. Namun, tradisi ini sering dilakukan dalam prosesi adat, acara keagamaan seperti hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, serta acara syukuran lainnya. Pada acara prosesi adat terlihat lebih formal dibandingkan dengan acara syukuran. Misalnya, pada acara pengangkatan penghulu di Padang Panjang, makan bajamba dilakukan dengan menggunakan tudung saji.

 

Proses makan bajamba

  1. Persiapan

Makanan bajamba disediakan oleh banyak orang, hal ini menunjukkan kerjasama dan gotong royong. Pada prosesi persiapan para kaum ibu saling bahu membahu memasak dan mempersiapkan hidangan, begitu pula kaum bapak. Dalam prosesi ini Orang yang dituakan, seperti bundo kanduang atau sesepuh, yang akan menentukan hidangan yang akan disajikan. Beberapa makanan yang biasa dihidangkan pada makan bajamba antara lain rendang, gulai rebung, gulai cubadak, kerupuk, ayam, dan ikan.

  1. Penyajian

Prosesi selanjutnya adalah penyajian. Dalam proses penyajian orang yang dituakan menentukan jumlah potongan yang akan dihidangkan dan mengatur model penyajian, tergantung daerah masing-masing. Dalam pesta perkawinan kawin di beberapa daerah di Minangkabau, biasanya dihidangkan kepala jamba, seperti ayam singgang. Kepala jamba yang dihidangkan tersebut melambangkan kedua mempelai, kapalo jamba tersebut tidak boleh dimakan sebelum acara pernikahan selesai. Setelah pengantin selesai bersanding, kepala jamba baru boleh dimakan bersama-sama dengan pengantin.

  1. Penghidangan

Dalam prosesi penghidangan ada yang disebut dengan Janang. Janang berperan dalam meletakkan makanan di tempat duduk Dalam adat Minang, Ketika prosesi makan bajamba Perempuan maka Janangnya haruslah Perempuan, begitu juga jika prosesi makan bajamba diadakan oleh kaum laki-laki maka janang yang bertugas haruslah Laki – laki. Dalam makan bajamba biasanya terdapat dua Janang, satu janang mengambil makanan dari tetua, kemudian memberikan makanan tersebut kepada Janang yang satu lagi untuk dihidangkan ditempat duduk. Dalam penghidangan makanan seorang Janang harus meletakkan hidangan kepada orang yang paling dihormati, seperti datuk. Jika datuk duduk di tengah, maka jamba diletakkan mulai dari tengah. Selain itu, Ketika menghidangkan makanan Janang tidak boleh membelakangi datuk. Dalam proses penghidangan ini terdapat juga aturan tidak boleh menggunakan minuman kemasan, tetapi harus memakai gelas yang tersedia.

  1. Proses makan

Dalam prosesi makan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya:

a. Posisi duduk

Ada aturan khusus tentang posisi duduk dalam makan bajamba. mamak rumah duduk di dinding jendela menghadap ke pintu kamar, hal ini bermakna seorang mamak menjadi penilai bagaimana perkembangan anak kemenakannya. sementara posisi duduk Sumando berada tepat di pintu kamar.

b. Persembahan atau Biasanya disebut basa-basi.

Sebelum makan bajamba dimulai maka para datuk, akan mengeluarkan pepatah sebagai bentuk basa-basi sebelum makan dimulai.

c. Pengambilan hidangan.

Pengambilan dimulai dengan sambal yang levelnya paling rendah, biasanya kuah atau gulai. Dalam tradisi makan bajamba, untuk menyantap makananan digunakan 4 jari, Dimana hal ini mencerminkan keanggunan.

d. Mulai makan

Dalam tradisi makan bajamba Orang yang dituakan didahulukan untuk mengambil nasi, setelah yang dituakan selesei barulah yang lain dipersilahkan untuk mengambil hidangan. Begitu juga untuk menyantap makanan, jika tetua sudah mulai menyantap makanan, baru yang lain boleh menyantap makanan. Selesai makan, para hadirin harus menunggu tetua mencuci tangan terlebih dahulu, baru yang lain dibolehkan untuk mencuci tangan. Dalam makan bajamba, terdapat juga beberapa larangan, diantaranya, makanan tidak boleh bersisa. Tidak boleh lintas jamba, artinya jika sambal di jamba kita habis, tidak boleh mengambil makanan di jamba yang lain. Kemudian ketika makan, mulut tidak boleh berbunyi, selain itu pada tradisi makan bajamba nasi tidak boleh diaduk, makan harus dimulai dari pinggir, sehingga nasi putih tetap berada di tengah. Jika makan bajamba menggunakan piring masing-masing, sambal diletakkan di pinggir, tidak di tengah, dan tidak boleh juga tumpukan sambal lebih tinggi dari pada tumpukan nasi. Piring tidak boleh diangkat, dan jika ingin mengangkat, tidak boleh memegang pinggir piring, melainkan harus mengangkat bagian bawah piring.

 

Tantangan Tradisi Makan Bajamba zaman sekarang

masuknya budaya luar membuat masyarakat sekarang lebih menginginkan yang mudah, dan instan. Pada zaman modern Muncul tatanan makan prasmanan, yang menghilangkan tradisi makan bajamba. Salah satunya ada beberapa orang menumpuk-numpuk sambal diatas nasi, Dimana hal tersebut jelas dilarang dalam makan bajamba.

 

Dipenghujung Talkshow Dt. Majo Basa mengajak para pendengar untuk Kembali melestarikan makan bajamba, karena dalam makan bajamba banyak sekali mengandung nilai – nilai kemasyarakatan, adat, dan juga tata krama. Beliau meminta para pendengar untuk memulai tradisi makan bajamba dan menanamkan nilai-nilai tradisi ini pada anak dan kemenakan, sehingga mereka akan tahu bagaimana tata krama makan dan juga mengetahui bagaimana tradisi makan bajamba. [Ghaitsa]

Tinggalkan komentar