“Barang siapa ingin menggenggam nasib suatu bangsa, maka genggamlah para pemudanya”. (Umar R.A)
Berbicara masalah pemuda berarti berbicara tentang masa depan karena dia adalah generasi pewaris yang akan mengganti estafet kepemimpinan sebuah generasi. Sosok pemuda mempunyai nilai sejarah tersendiri. Perubahan masa ke masa tidak lepas dari tangan pemuda, sebut saja revolusi Perancis, langkah tentara Mongol untuk menguasai dunia dihentikan oleh seorang panglima muda dari Mesir bernama Saifuddin Qutz dalam Perang ‘Ain Jalut, ada pula Muhammad Al Fatih (21 tahun) pembebas Konstatinopel, ibukota Romawi Timur, tragedy Tianamen (1989) di Cina digerakan oleh Pemuda, termasuk kejatuhan rezim Tunisia dan Mesir di tahun 2011 tidak lepas dari tangan pemuda.
Di Indonesia, pemuda aktif dalam berbagai organisasi kepemudaan di masa penjajahan Belanda melalui Budi Utomo, gerakan Muhammadiyah nya, Syarikat Dagang Islam nya, dan sebagainya. Peran pemuda dalam Kemerdekaan RI 1945, perubahan dari Orde Lama ke Orde Baru 1966, dari Orde Baru ke Orde Reformasi 1988, atau beragam aksi tuntutan terhadap penguasa saat ini yang selalu dikomandoi oleh para pemuda.
Generasi muda dapat diibaratkan seperti ilalang yang sedang pada masa kejayaan dengan kondisi terbaiknya. Dapat juga kita umpamakan seperti sebilah pisau yang tajamIlalang dan pisau ini akan sangat berguna dan bermanfaat bagi diri sendiri dan banyak orang, jika digunakan dengan benar, namun akan sangat membahayakan jika digunakan dengan tidak benar.
Sama seperti itulah generasi muda, mereka merupakan sosok tangguh yang butuh bimbingan untuk menjadi sosok yang berguna bagi diri sendiri dan juga orang lain. Maka dari itu, peran orang tua, keluarga, lingkungan dan teman-teman sepermainan akan memengaruhi karakter generasi muda, apakah akan menjadi sosok pemimpin kedepannya.
Tantangan yang tampak dan jelas terhadap kehidupan ini khususnya kepada generasi muda saat ini adalah Munculnya fenomena pergaulan antara mereka yang jauh dari tuntunan syariat Islam, bergandengan tangan berpelukan bahkan jauh lebih dari itu dianggap sesuatu yang lumrah, dan pergaulan bebas.
Sementara ada sebagian pemuda yang memakai sarung peci berangkat ke masjid, menuju majelis ta’lim dikatakan sok alim ada maunya dan lain sebagainya. Islam tidak antipati dengan sebuah pergaulan/ ukhuwah, Islam mengajarkan kepadakita untuk bergaul kepada siapapum bahkan kepada non muslim .
Media dan dunia intertain. Gemarlapnya dunia hiburan yang didukung dengan media membuat kita umumnya dan para generasi muda dapat terlena olehnya. Sebuah catatan hampir 90% tayangan yang ada kurang mendidik dan kurang bermanfaat untuk membangun generasi Islam yang cerdas, dan yang lebih membahayakan lagi terhadap perkembangan pola pikir anak. Dapat kita lihat mereka lebih hafal dengan lagu-lagu orang dewasa, cara bicara orang dewasa bahkan tidak dilakukan oleh orang dewasa, mereka lebih hafal dengan para seleb daripada tokoh dan pejuang agama islam, mereka lebih hafal sinetron percintaan dari pada menghafal Al-Qur’an dan membaca buku pelajaran.Jadi tidak aneh jika generasi dan anak-anak lebih hafal ratusan judul lagu dan sinetron daripada mendalami ajaran Islam yang fundamen.
Kemajuan teknologi. Saat ini sebagai penunjang kebutuhan hidup tidak dapat elakkan oleh semua orang dari yang muda hingga tua. Majunnya teknologi android. Akan menjadi peluang dari generasi Islam yang dapat menguasai teknologi tersebut agar dapat digunakan sebagai media da’wah, bisnis dan berbagi ilmu agama dan tentunya sesuatu yang bermanfaat.
Mari kita manfaatkan waktu muda kita untuk hal yang bermanfaat, karena hidup itu cuma sekali dan tidak tahu sampai kapan. Tetap berpedoman dengan ajaran Islam dan tetap teguh menjalani aturannya. Insya Allah hidup kita akan bermakna, dan bermanfaat bagi sesama.
Terakhir, Rasulullah, para sahabat, dan generasi terbaik masa lalu telah memberikan teladan kepada kita bahwa hanya pemudalah yang membangun peradaban Islam dan mengisi peradaban Islam dengan jalan yang mulia.(Ol)