Oleh: Ust. Kamrizal, Lc., MA

Banyak orang yang takut mati dan tak siap mati. Yang karenanya, orang yang tak beriman, jadi panik, stres dan terguncang. Lalu berupaya untuk mempertahan hidup dan menghindar sedapat mungkin dari di kematian, walaupun itu sia sia. Sedangkan bagi orang yang beriman dan berilmu, ingat mati menyadarkan mereka untuk segera bersiap-siap dan mengumpulkan bekal, berupa iman dan amal, berupa kebaikan dan kebajikan.

Namun di sisi lain ada orang yang tak takut mati, santai bahkan tak ingat mati, bercanda tentang mati, biasa saja melihat orang mati, tertawa saat menggali kuburan, dengan anggapan kematian itu biasa, kuburan itu biasa, apa yang mesti di takutkan?. Baginya kematian itu sangat simpel, sangat sederhana, si A mati, si B mati dan si C mati, lalu nanti jika Ia juga mati, dimana masalah nya? Apa problem nya?. Soal apa yang akan terjadi setelah mati, bagaimana nasib nya nanti? Nanti pula di kaji, nanti pula di pikirkan.

Yang lebih aneh lagi, ada yang minta-minta mati, berusaha melakukan percobaan untuk mati, dan bahkan tak sedikit yang bunuh diri. Dia bosan hidup lalu ia pilih mati, ia kecewa dg dunia dan karena itu ia ingin pergi, ia tak sanggup bertahan di dalam kondisi saat ini, ia lelah, ia kecewa, ia marah, ia capek, ia ingin terbebas dari semua ini, dan solusinya adalah satu, yaitu:…Mati.

Kenapa ia mengira bahwa solusi dari semua masalah dan problem di dunia adalah mati?. Kenapa ada anggapan bahwa jalan keluar dari sakit kronis yang tak kunjung sembuh, hutang menumpuk yang tak terbayar, gagal karena cinta di tolak, kemiskinan dan penderitaan, beban hidup yang makin berat, malu dan aib yang tak tertanggungkan, hidup di dunia yang dianggap tak adil ini, adalah mati?, yang karena itu ia berharap mati, bahkan memilih bunuh diri?

Hal ini disebabkan, karena kesalahpahaman tentang kematian dan gagal faham tentang apa yang terjadi setelah mati. Pemahaman yang salah, karena tdk belajar, dan karena salah ajar.

Ia mengira bahwa mati itu enak, dan sesudah mati itu tidur nyenyak, mati itu mudah, dan setelah mati itu istirahat. Ketika ia mati, selesailah masalah nya, lenyap sakit nya, ringan beban nya, lepas letih nya, dan saat nya ia istirahat. Saatnya ia tidur nyaman.

Bukankah ketika ia pergi ke kuburan, di situ tertulis, ..”di sini beristirahat dg tenang si Fulan, bin Fulan”?. Bukan kah ketika sambutan melepas jenazah ia sering dengar ungkapan :..”mari kita lepas fulanah binti fulanah menuju tempat istirahat yang terakhir.”?

Hampir setiap saat ia dengar kalimat ini, sangat sering ia baca tulisan itu, berulang kali, mungkin ratusan kali, sehingga tertanamlah dalam fikiran dan akal nya, alam bawah sadar nya bahwa:

ternyata,..mati itu istirahat..ternyata dalam kubur itu nyenyak, ternyata di sana damai tanpa masalah, ternyata ada tempat tanpa beban dan problem, yaitu..kuburan.

Pertanyaannya adalah, dari mana orang tahu bahwa mati itu istirahat?, dan kenapa bisa orang berkesimpulan, bahwa dalam kubur itu istirahat?

Bukankah agama kita mengajarkan dan menjelaskan sebaliknya? Bukankah banyak ayat dan hadis yang menginformasikan tentang hidup sesudah mati? Bahkan sangat detil membahas perjalanan yang akan kita tempuh menuju akhirat?. Bukankah hadis-hadis menceritakan tentang huru hara akhir zaman, peristiwa sakaratul maut, fitnah kubur, prahara Padang mahayar, kengerian dan dahsyatnya hidup di alam yang baru ini?

Lalu dimana istirahatnya? Lalu kapan tidur nyenyak nya? Bukankah problem dan masalah sesudah mati justru lebih kompleks, lebih berat, lebih lama, bahkan bisa lebih dahsyat?.

Ternyata…takut mati dan tak takut mati, berawal dari ketidakpahaman dan ketidaktahuan. Akibat sumber informasi yang salah, media belajar yang keliru, dan reverensi yang tidak valid. Ternyata biang masalahnya adalah tidak tahu, dan tak mau tahu dengan agama. Penyebabnya, tak belajar atau salah ajar terhadap Islam.

Lalu apa solusinya?..hanya satu…kembali kepada Allah, belajar agama dari sumbernya yang benar, al Quran dan hadis, akrab dan selalu konsultasi dg ulama, lalu amalkan secara bertahap, serius dan konsisten.

Harus mengalokasikan waktu untuk menuntut ilmu dan membikin agenda untuk itu. Kesempatan itu hanya sekarang, dan kesempatan itu makin berkurang.

“Ya Allah bimbinglah kami dg Taufiq dan hidayah-Mu, untuk mempelajari dan mengamalkan agama-Mu , dan mempersiapkan diri untuk kembali padaMu.