Oleh: Irsyad Syafar

Halimah As Sa’diyah menceritakan perjalanannya mencari bayi susuan ke kota Makkah. Ia berangkat bersama suaminya dan bayinya yang masih menyusu. Halimah menunggangi keledainya yang agak kurus dan terkesan tak bertenaga. Bersama mereka ada kambing betina, tapi tidak berair susunya. Halimah sendiri kondisinya juga tidak terlalu baik. Air susunya tidak memadai untuk bayinya. Semalaman mereka tidak dapat tidur nyenyak karena bayinya yang menangis kelaparan. Namun semangat untuk mendapatkan upah pekerjaan sebagai ibu susuan telah membuat mereka sampai ke Makkah.

Beberapa orang dari ibu susuan yang bersama Halimah sudah bertemu dengan bayi Muhammad. Akan tetapi karena bayi itu anak yatim, mereka semua balik kanan. Seberapalah nanti akan dapat upah dari ibu atau kakeknya. Itu pikiran mereka dan Halimah sepemikiran dengan mereka. Namun akhirnya takdir Allah menentukan lain. Halimah pulang membawa bayi Muhammad. Disinilah bermula keberkahan dan keajaiban itu terjadi.

Begitu bayi Muhammad dipangku oleh Halimah dan dibawa ke tempat rombongannya, langsung saja air susu Halimah melimpah. Sehingga bayi Muhammad menyusu sampai kenyang dan tertidur. Begitu juga bayi Halimah, juga menyusu sampai kenyang dan tertidur. Halimahpun bisa tertidur dengan lelap karena tidak lagi terganggu tangisan bayinya. Bahkan kambing betina mereka tiba-tiba saja air susunya penuh. Suami Halimah memerah susu kambing tersebut sehingga mereka berdua minum susu kambing sampai kenyang. Malam itu mereka betul-betul bahagia dan dapat tidur dengan nyenyak.

Pagi harinya Halimah bersama suaminya dan rombongan berangkat menuju kampung mereka di Bani Sa’ad. Dalam perjalanan pulang ini terjadi keajaiban lagi. Keledai Halimah yang sebelumnya tak bertenaga dan selalu ketinggalan rombongan saat berangkat, tiba-tiba menjadi kuat dan bertenaga. Bahkan mereka meninggalkan rombongan jauh di belakang. Rekan-rekan Halimah sampai bertanya-tanya penuh keheranan: “Wahai Binti Abi Dzuaib (Halimah), ada apa denganmu? Apakah itu keledaimu yang kemaren saat berangkat?” Halimah menjawab: “Betul, Demi Allah. ini keledai yang kemaren juga.” Mereka berkata, “Demi Allah, keledai ini ada sesuatunya.”

Keberkahan dan keajaiban ini terus berlanjut sesampai di kampung Halimah. Kondisi di rumah Halimah sebenarnya juga tidaklah baik-baik amat. Kambing-kambing ternaknya rata-rata kurus tak berdaging dan tidak berair susunya. Karena tanah sekitar mereka juga kurang subur, sehingga kambing-kambing tersebut tidak mendapatkan makanan yang maksimal. Bahkan pernah tetangga Halimah mengusulkan agar kambing-kambing itu dilepas saja, karena makanannya tidak mencukupi. Namun entah mengapa, saat Halimah dan suaminya pulang, kambing-kambing itu tampak dalam kondisi sangat kenyang dan susunya berair penuh. Sehingga Halimah sekeluarga memiliki persediaan susu dan daging kambing yang sangat cukup.

Dua tahun lamanya Halimah dan keluarga menjalani kehidupan yang sangat bahagia dan penuh berkah. Kehadiran bayi Muhammad di rumah mereka telah mendatangkan kebahagiaan dan rezeki yang melimpah. Jauh melebihi prediksi upah yang mereka harapkan dari ibu atau kakek Nabi Muhammad. Pernah suaminya berkata: “Wahai Halimah, sungguh engkau mendapatkan bagian yang sangat berkah.”

Ketika sudah datang masa menyapih bayi Muhammad, Halimah bersiap-siap untuk mengembalikan bayi Muhammad kepada ibunya Aminah. Tapi hatinya sudah sangat terpaut dan cinta dengan bayi yang berkah ini. Dalam hati ia tidak berniat mengembalikan bayi tersebut. Sehingga ia datang mengantarkannya kepada Aminah, ia membujuk Aminah dan berkata: “Biarlah anak ini bersama kami dulu sampai agak besar sedikit lagi dan kuat. Kami khawatir kalau-kalau nanti bayi ini terkena wabah penyakit di kota Makkah.” Dengan gigih ia terus merayu Aminah, sampai akhirnya Halimah pulang dan berhasil membawa kembali bayi Muhammad ke rumahnya di Bani Sa’ad.

Begitulah Muhammad kecil hidup dalam asuhan penuh tulus Halimah dan keluarganya di Bani Sa’ad. Bermain dengan anak-anak seusia dengannya termasuk dengan anak Halimah sendiri. Sampailah ia pada usia 4 tahunan, hingga terjadi peristiwa belah dada. Ketika itu Muhammad sedang bermain dengan teman sebayanya, tiba-tiba datanglah Malaikat Jibril mengambil Muhammad. Jibril membaringkannya lalu membelah dadanya. Dari dalam dadanya Jibril mengeluarkan segumpal daging. Jibril berkata: “Ini bagian syetan dari dirimu.” Lalu Jibril membersihkannya dengan air zamzam dalam bejana yang terbuat dari emas. Kemudian Jibril mengembalikannya ke dalam dada dan mentautkan kembali dada yang tadi terbelah.

Anas bin Malik ra. sahabat Nabi menukilkan riwayat tentang peristiwa belah dada ini:

أنّ النَّبِي صَلَّى ‏اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم أَتَاهُ جِبْرِيلُ وَهُوَ يَلْعَبُ مَعَ الغِلْمَانِ فَأَخَذَهُ فَصَرَعَهُ فَشَقَّ عَنْ قَلْبِهِ فَاسْتَخْرَجَ ‏القَلْبُ فَاسْتَخْرَجَ مِنْهُ عَلَقَةً فَقَالَ: هَذَا حَظُّ الشَّيْطَانُ مِنْكَ ثُمَّ غَسَلَهُ فِي طَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ ‏بِمَاءِ زَمْزَم ثُمُّ لَأَمَهُ ثُمَّ أَعَادَهُ فِي مَكَانِهِ. (رواه مسلم).

Artinya: “Sesungguhnya Nabi Saw. didatangi oleh Malaikat Jibril ketika ia sedang bermain dengan anak-anak lainnya. Lalu Jibril mengambilnya dan merebahkannya. Kemudia Jibril membelah dadanya dan mengeluarkan segumpal daging dari dalamnya. Jibril berkata: “Ini bagian Syetan dari dirimu.” Kemudian Jibril mencucinya dengan air zamzam pada bejana emas. Lalu Jibril mengembalikannya ke tempat semua dan mentautkan kembali dadanya.” (HR Muslim).

Anak-anak teman sebaya Beliau langsung lari ketakutan. Mereka kabur ke rumah Halimah dan melaporkan kejadian yang baru saja mereka saksikan. Mereka katakan bahwa Muhammad telah dibunuh oleh seseorang. Tentu saja Halimah sangat kaget mendengar cerita mereka. Tidak lama kemudian Muhammad telah sampai di rumah Halimah dalam keadaan wajah yang pucat. Mereka semua menyambutnya dengan penuh heran sekaligus juga bahagia karena Muhammad telah kembali dengan selamat.

Peristiwa belah dada ini menjadi penyebab utama dikembalikannya Muhammad kepada ibunya Aminah. Halimah sangat khawatir dan ragu kalau-kalau anak ini mengalami kecelakaan atau kejadian yang buruk selama dalam pengasuhannya. Padahal ia sangat ingin terus berlama-lama dengan anak mulia yang telah mendatangkan keberkahan bagi keluarganya. Namun akhirnya Muhammad kecil harus kembali ke pangkuan ibunda tercinta, melanjutkan pengasuhan masa kecilnya.

Bersambung…