Berkembangnya dakwah Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW membuat para pemuka Quraisy kalang kabut. Pasalnya Islam menentang keras praktek kesyirikan yang berkembang di masyarakat Arab jahiliyah. Mereka menganggap Nabi Muhammad SAW telah memprovokasi bangsa Quraisy untuk menentang kepercayaan nenek moyang mereka. Bahkan lebih jauh mereka menganggap dengan banyaknya pemeluk Islam akan menaikkan elektabilitas dan harga diri Bani Hasyim.

Berbagai upaya mereka lakukan untuk memberangus dakwah Islam. Mulai dari berbagai bujukan serta iming-iming, fitnah keji, intimidasi, bahkan embargo dan penganiayaan pun mereka berlakukan kepada umat Islam. Akhirnya umat Islam menerima pilihan hijrah ke Yastrib, sebagai upaya menyelamatkan jiwa dan aqidah dari tekanan kafir Quraisy.

Di Madinah Islam berkembang pesat dan diterima dengan baik. Hal ini justru membuat kafir Quraisy kian terbakar api dengki. Berbagai upaya terus mereka lakukan untuk menekan dan mengancam kaum Muslimin. Hingga Allah SWT kemudian mengizinkan mereka untuk mengangkat senjata membela diri.

Pada tanggal 1 Ramadhan tahun pertama hijrah, Rasul mengutus satuan pasukan ke Siful Bahr. Beliau menunjuk pamannya Hamzah bin Abdul Mutalib sebagai pemimpin pasukan yang berjumlah 30 orang ini. Targetnya adalah menghadang kafilah dagang Quraisy yang kembali dari Syam. Dalam kafilah itu ada Abu Jahal bin Hisyam, bersama 300 orang. Mereka tiba di Siful Bahr di bilangan Ish.

Sebenarnya saat itu kedua belah pihak sudah saling berhadap-hadapan. Namun muncul Madji bin Amr Aljuhanni yang menjadi sekutu kedua belah pihak dan melerai mereka hingga tidak jadi saling serang.

Panji satuan pasukan Hamzah ini adalah yang panji pertama dalam Islam. Berwarna putih dan dipegang oleh Martsad bin Kannaz bin Hishn Al Ghanwi.