Banyak orang mengira bahwa ketampanan wajah adalah keberuntungan dan kehebatan. Dengan ketampanan, seseorang akan merasa terpandang dan terpuji. Ia akan disukai oleh banyak orang. Apalagi oleh lawan jenis, tentu akan menjadi rebutan. Sisi ini yang kadang dianggap orang sebagai kelebihan dan keistimewaan punya wajah tampan.
Cara pandang seperti ini dalam Islam sangatlah keliru dan tidak tepat. Sebab, ketampanan dan kegantengan (juga kecantikan) seseorang tak ada nilai sama sekali di sisi Allah ta’alaa. Yang menjadi barometer kemulian seseorang adalah kondisi hati (iman) dan amalan seseorang. Rasulullah saw bersabda:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
Artinya: Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564)
Banyak sekali orang-orang shaleh dari umat ini semenjak masa Rasulullah saw, adalah hamba-hamba sahaya dan budak-budak hitam. Mereka menjadi terhormat di sisi Allah karena iman dan amalan mereka. Bilal bin Rabaah si budak hitam, dengan amalannya, sampai-sampai bunyi sendalnya terdengar oleh Rasululullah saw di sorga. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ﺭﺏ ﺃﺷﻌﺚ ﺃﻏﺒﺮ ، ﻣﺪﻓﻮﻉ ﺑﺎﻷﺑﻮﺍﺏ ﻟﻮ ﺃﻗﺴﻢ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻷﺑﺮﻩ
Artinya : “Terkadang seorang yang semrawut rambutnya lagi berdebu pakaiannya (karena sangat miskin) tertolak di depan pintu (karena tidak memiliki kedudukan), apabila ia ini bersumpah atas nama Allah, benar-benar Dia akan mengabulkannya..” (Riwayat Muslim)
Justru tampang yang tampan bisa menjadi sumber ujian dan fitnah. Sebab, dengan ketampanan yang dimiliki, seseorang berpotensi jatuh ke dalam jurang dosa dan maksiat. Hal inilah yang telah dialami oleh Nabi Yusuf as. Allah telah mentakdirkan Yusuf as memiliki wajah yang sangat tampan. Sehingga banyak kaum wanita di istana kerajaan “tertarik” dan terpikat dengannya. Ketampanannya digambarkan oleh Allah dalam firmanNya:
فَلَمَّا سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ أَرْسَلَتْ إِلَيْهِنَّ وَأَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَأً وَآتَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ سِكِّينًا وَقَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ ۖ فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ لِلَّهِ مَا هَٰذَا بَشَرًا إِنْ هَٰذَا إِلَّا مَلَكٌ كَرِيمٌ
Artinya: “Maka tatkala wanita itu (istri Raja) mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf): “Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka”. Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa)nya, dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: “Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia”. (QS Yusuf: 31)
Ketampanan Nabi Yusuf telah membuat terepikatnya banyak wanita di istana raja Mesir. Bahkan saking kagumnya, mereka menyatakan Yusuf itu bukan manusia, melainkan seorang malaikat. Bahkan istri raja mesir sudah sangat tergila-gila dengan Nabi Yusuf as. Keterpikatannya dengan Nabi Yusuf telah menyebabkan ia jatuh cinta yang gila. Cinta buta yang “membunuh” nalar dan kewajaran.
Disinilah ujian yang menimpa Nabi Yusuf as. Ketampanannya telah menimbulkan fitnah bagi orang lain. Sekaligus menjadi ancaman terhadap iman dan kesucian dirinya. Dan bukan dengan sembarang orang. Melainkan dengan istri raja yang juga cantik dan memiliki kekayaan dan kekuasaan. Beratnya lagi fitnah ini, Nabi Yusuf berada dalam satu rumah dengan wanita tersebut. Kapan saja, iblis akan menjebaknya dalam sebuah dosa dan maksiat yang akan mengakhiri kemuliaannya dan mencampakkannya ke dalam jurang kehinaan.
Istri raja mesir mendapatkan momen yang dinanti-nantikannya itu. Syahawat dan nafsunya sudah menguasai seluruh otak dan jasadnya. Ia berada dalam satu ruangan dengan Yusuf yang tampan. Pintu kamar segera ditutupnya. Dengan rayuan mautnya ia mengajak Yusuf as melakukan dosa besar. Suasana sangat kondusif, situasi sangat aman dan mendukung. Sepasang manusia tampan dan cantik berada dalam satu ruangan. Salah satunya dalam puncak nafsu dan syahawat. Dan ia memiliki kekuasaan dan kekayaan.
Hampir saja Yusuf as masuk dalam perangkap istri Raja mesir. Apalagi dirinya masih muda. Pastilah gelora nafsu manusia normal ada dalam dirinya. Dalam situasi seperti itu, seorang manusia normal tak akan ada yang bisa selamat. Akan tetapi, karena pertolongan dan penjagaan dari Allah semata, Yusuf as lolos dari dosa besar tersebut. Allah berfirman:
وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ ۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَىٰ بُرْهَانَ رَبِّهِ ۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ ۚ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
Artinya: “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan dosa itu) dengan Yusuf. Dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih”. (QS Yusuf: 24).
Imam Ibnu Katsir menukilkan riwayat dari Ibnu Abbas, Mujahid, Sa’id bin Jubeir dan lain sebagainya, bahwa Nabi Yusuf diselamatkan oleh Allah, dengan munculnya bayangan ayah Nabi Yusuf (Nabi Ya’qub) dalam bentuk sedang menggigit jarinya. Sehingga Nabi Yusuf as tidak jadi terpikat dengan rayuan istri raja mesir tersebut. Banyak penafsiran lain yang menjelaskan seperti apa pertolongan Allah tersebut. Imam Ibnu Jarir Ath Thabari menyimpulkan bahwa Nabi Yusuf menyaksikan ayat Allah yang melarangnya berbuat dosa besar tersebut.
Sehingga selamatlah Nabi Yusuf dari perangkap maut wanita cantik yang punya kekuasaan itu. Dan dengan yakin dan mantap ia menolaknya. Allah berfirman:
وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۚ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ ۖ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
Artinya: “Dan wanita (istri raja)) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: “Marilah ke sini”. Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.
Dengan izin dan pertolongan Allah ta’alaa, Nabi Yusuf selamat dari perbuatan keji dan menjadikannya sebagai manusia mulia di sisi Allah. Dan orang yang berhasil menjauhi godaan wanita cantik dari perbuatan dosa adalah salah satu dari 7 golongan yang akan dinaungi Allah pada hari kiamat dengan naunganNya, dimana hari itu tidak ada naungan kecuali naungan Allah. Rasulullah saw bersabda menyebutkan satu dari 7 golongan tersebut:
ورجل طلبته امرأة ذات منصب وجمال فقال إني أخاف الله
Artinya: “Dan lelaki yang digoda oleh wanita yang punya kekuasaan dan kecantikan (untuk berbuat dosa), tapi ia menolak, “Sesungguhnya aku takut kepada Allah”. (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
Pelajaran dari Kisah:
1. Ketampanan dan kecantikan wajah bukanlah standar kemuliaan seseorang. Keimanan dan amalan seseoranglah yang akan menjadikannya mulia atau hina disisi Allah.
2. Wajah yang tampan atau cantik sangat mungkin menjadi sumber ujian dan fitnah bagi seorang mukmin/mukminah. Karenanya, bagi yang mendapat anugerah ini dari Allah, wajib akstra hati-hati menjaga hati dan kehormatan.
3. Setiap muslim dan muslimah haruslah waspada dengan lingkungan dan pergaulannya. Apalagi pada zaman kebebasan dan kemajuan teknologi imformasi saat ini, iman seseorang bisa hancur dalam sekejap.
4. Setiap muslim/muslimah harus mengharapkan perlindungan dan pertolongan Allah setiap saat dan di setiap tempat. Hanya dengan lindunganNya semata keselamatan bisa diraih.
5. Lawan jenis merupakan salah satu fitnah (ujian) terberat bagi manusia, termasuk bagi umat Nabi Muhammad saw.