Oleh: Enta Okta Sari

Manajemen pada prinsipnya adalah mengatur, mengorganisasikan, atau memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya untuk aktivitas dan tujuan yang bermanfaat.   Memang, jika kita mengacu kepada istilah “menajemen” dalam pengertian sesungguhnya, tentu ada yang disebut: perencanaan, pelaksanaan, kontrol, dan evaluasi.

Dalam memanage waktu, memang seharusnya unsur-unsur itu diterapkan, namun kita bisa menyebutnya di sini secara lebih longgar sebagai “seni mengatur waktu” dalam pengertian bahwa meski ada unsur-unsur pokok yang harus dipenuhi seperti itu, akan tetapi mengatur waktu tidak boleh juga terlalu ketat. Oleh karena itu, kita menyebutnya sebagai seni mengatur waktu, dan kita mencoba di sini untuk menghadirkannya dari tinjauan ajaran Islam.

Waktu memiliki peranan yang sangat urgen dalam kehidupan manusia. Pada hakikatnya, semua manusia diberikan waktu oleh Allah swt untuk menjalani kehidupannya di dunia. Ada seseorang yang dalam hidupnya memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dan memperbanyak amalan-amalan sholih. Inilah orang yang berada dalam koridor produktif.

Ada pula seseorang yang diberikan waktu oleh Allah SWT untuk hidup di dunia namun tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya karena banyak waktu yang digunakan untuk hal-hal yang tidak berfaedah. Bahkan yang lebih parah lagi, ada seseorang yang bukan hanya tidak dapat memanfaatkan waktunya dengan baik, justru ia lakukan untuk mengerjakan hal-hal yang negatif dan dilarang oleh Allah SWT. Dan dua contoh terakhir inilah manusia yang berada dalam koridor kehidupan yang salah.

Sebagai contoh perilaku-perilaku manusia yang dianggap tidak produktif oleh Nabi Muhammad swt terdapat dalam Hadits sebagai berikut:

إِنَّ اللهَ يُحِبُّ ثلَاَثَةَ وَيُبْغِضُ ثَلاَثَةَ، فَأَمَّا مَا يُحِبُّ: فَقِلَّةُ الأَكْلِ، وَقِلَّةُ النَّوْمِ، وَقِلَّةُ الكَلاَمِ، وَأَمَّا مَا يُبْغِضُ: فَكَثْرَةُ الكَلاَمِ، وَكَثْرَةُ الأَكْلِ، وَكَثْرَةُ النَّوْمِ

Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai tiga hal dan membenci tiga hal. Perkara yang dicintai adalah sedikit makan, sedikit tidur, dan sedikit bicara. Sedangkan perkara yang dibenci adalah banyak bicara, banyak makan, dan banyak tidur.” (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman, 5:48).

Banyak tidur, banyak makan dan banyak bicara adalah komponen penghabis waktu yang begitu digemari manusia. Intinya adalah mengisi waktu dengan perihal yang tak bernilai. Tentu masih banyak hal yang tak bernilai yang menjadi contoh dalam kehidupan manusia. Yang perlu disadari lalu dijauhi. Jika tidak, manusia akan rugi segala-galanya. Karena banyak karya yang bisa diselami setiap manusia. Maknanya adalah menyibukkan diri dalam hal produktif, demi hidup yang bahagia dan beruntung. Sebelum terlambat.

Sumber: https://cariustadz.id

Manajemen pada prinsipnya adalah mengatur, mengorganisasikan, atau memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya untuk aktivitas dan tujuan yang bermanfaat.   Memang, jika kita mengacu kepada istilah “menajemen” dalam pengertian sesungguhnya, tentu ada yang disebut: perencanaan, pelaksanaan, kontrol, dan evaluasi.

Dalam memanage waktu, memang seharusnya unsur-unsur itu diterapkan, namun kita bisa menyebutnya di sini secara lebih longgar sebagai “seni mengatur waktu” dalam pengertian bahwa meski ada unsur-unsur pokok yang harus dipenuhi seperti itu, akan tetapi mengatur waktu tidak boleh juga terlalu ketat. Oleh karena itu, kita menyebutnya sebagai seni mengatur waktu, dan kita mencoba di sini untuk menghadirkannya dari tinjauan ajaran Islam.

Waktu memiliki peranan yang sangat urgen dalam kehidupan manusia. Pada hakikatnya, semua manusia diberikan waktu oleh Allah swt untuk menjalani kehidupannya di dunia. Ada seseorang yang dalam hidupnya memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dan memperbanyak amalan-amalan sholih. Inilah orang yang berada dalam koridor produktif.

Ada pula seseorang yang diberikan waktu oleh Allah SWT untuk hidup di dunia namun tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya karena banyak waktu yang digunakan untuk hal-hal yang tidak berfaedah. Bahkan yang lebih parah lagi, ada seseorang yang bukan hanya tidak dapat memanfaatkan waktunya dengan baik, justru ia lakukan untuk mengerjakan hal-hal yang negatif dan dilarang oleh Allah SWT. Dan dua contoh terakhir inilah manusia yang berada dalam koridor kehidupan yang salah.

Sebagai contoh perilaku-perilaku manusia yang dianggap tidak produktif oleh Nabi Muhammad swt terdapat dalam Hadits sebagai berikut:

إِنَّ اللهَ يُحِبُّ ثلَاَثَةَ وَيُبْغِضُ ثَلاَثَةَ، فَأَمَّا مَا يُحِبُّ: فَقِلَّةُ الأَكْلِ، وَقِلَّةُ النَّوْمِ، وَقِلَّةُ الكَلاَمِ، وَأَمَّا مَا يُبْغِضُ: فَكَثْرَةُ الكَلاَمِ، وَكَثْرَةُ الأَكْلِ، وَكَثْرَةُ النَّوْمِ

Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai tiga hal dan membenci tiga hal. Perkara yang dicintai adalah sedikit makan, sedikit tidur, dan sedikit bicara. Sedangkan perkara yang dibenci adalah banyak bicara, banyak makan, dan banyak tidur.” (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman, 5:48).

Banyak tidur, banyak makan dan banyak bicara adalah komponen penghabis waktu yang begitu digemari manusia. Intinya adalah mengisi waktu dengan perihal yang tak bernilai. Tentu masih banyak hal yang tak bernilai yang menjadi contoh dalam kehidupan manusia. Yang perlu disadari lalu dijauhi. Jika tidak, manusia akan rugi segala-galanya. Karena banyak karya yang bisa diselami setiap manusia. Maknanya adalah menyibukkan diri dalam hal produktif, demi hidup yang bahagia dan beruntung. Sebelum terlambat.

Sumber: https://cariustadz.id