Oleh: Irsyad Syafar
Oleh: Irsyad Syafar
Muhasabah adalah adab seorang hamba ketika ditimpa ujian atau musibah. Sebab seorang muslim mesti menyediakan waktu untuk sejenak menghisab dirinya. Mengevaluasi diri apa saja yang telah diperbuat ketika ujian belum datang. Kalau ternyata yang diperbuat itu sesuatu yang dimurkai Allah, maka harus segera bertekad untuk meninggalkannya dan bertaubat kepadaNya. Kalau ada amalan yang kurang sempurna sebelum musibah itu, maka segera tambahkan dan sempurnakan.
Dan jika yang diperbuat sebelum itu adalah ketaatan atau kebaikan, maka tekadkan di hati untuk terus lanjut dan komitmen dengan kebaikan tersebut. Kita harus melakukan muhasabah ini secara personal atas semua perbuatan kita, karena bisa jadi memang bala atau bencana itu datang disebabkan oleh dosa dan kesalahan yang kita perbuat. Akibatnya Allah murka kepada kita dan mengirimkan teguranNya. Di dalam Al Quran Allah telah menyampaikan ancamanNya bagi perbuatan-perbuatan dosa. Diantaranya, kepada pelaku riba Allah menegaskan:
فَإِن لَّمْ تَفْعَلُوا۟ فَأْذَنُوا۟ بِحَرْبٍ مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ۖ وَإِن تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَٰلِكُمْ لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَ. (البقرة: 279).
Artinya: “Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (QS Al Baqarah: 279).
Kepada orang yang berbuat zhalim atau aniaya kepada orang lain, Allah mengancamnya tidak akan diberi petunjuk (hidayah). Allah berfirman:
وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ. (التوبة: ١٩).
Artinya: “dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.” (QS At Taubah: 19).
Kepada pelaku zina Allah menyampaikan ancamanNya melalui lisan NabiNya Muhammad Saw:
إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَالرِّبَا فِي قَرْيَةٍ فَقَدْ أَحَلُّوْا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللهِ. (رواه الحاكم).
Artinya: “Jika zina dan riba telah nampak tersebar di suatu kampung, sungguh mereka telah menghalalkan bagi diri mereka sendiri datangnya adzab Allah.” (H.R al-Hakim dari Ibnu Abbas).
Allah SWT juga mengancam secara umum orang-orang yang berbuat dosa dan maksiat melalui sabda NabiNya:
مَا مِنْ قَوْمٍ يُعْمَلُ فِيهِمْ بِالْمَعَاصِي هُمْ أَعَزُّ مِنْهُمْ وَأَمْنَعُ لَا يُغَيِّرُونَ إِلَّا عَمَّهُمْ اللَّهُ بِعِقَابٍ. (رواه ابن ماجه)
Artinya: “Tidaklah suatu kaum yang memberlakukan kemaksiatan di antara mereka -padahal ia berkuasa dan berwenang dari kaum itu- melainkan Allah akan meratakan adzab terhadap mereka semua.” (HR Ibnu Majah).
Itu semua adalah ancaman-ancaman di dunia bagi para pelaku dosa dan maksiat. Masih ada ancaman berikutnya yaitu ancaman pada hari kiamat yang jauh lebih berat. Allah Ta’alaa berfirman:
يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّآ أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى ٱلنَّاسَ سُكَٰرَىٰ وَمَا هُم بِسُكَٰرَىٰ وَلَٰكِنَّ عَذَابَ ٱللَّهِ شَدِيدٌ. (الحج: 2).
Artinya: “(Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya.” (QS Al Hajj: 2).
Pada hari kiamat itu anak kecil bisa beruban karena saking mengerikannya. Pada hari itu bumi akan pecah, langit akan runtuh dan planet-planet dan bintang-bintang bertabrakan. Semua sistem jagad raya macet dan kacau balau. Pada hari itu bumi akan menceritakan seluruh beritanya. Dan manusia akan dibangkit dalam keadaan bertelanjang bulat, dikumpulkan semua di satu tempat. Kemudian matahari di dekatkan ke atas kepada manusia sampai 1 mil. Sebagian manusia akan bersimbah keringat bahkan ada yang tenggelam dengan keringat sendiri.
Masing-masing kita akan menerima buku catatan amal kita yang menyimpan dan merekam secara rinci dan detail. Sampai-sampai manusia tidak percaya kenapa bisa sedetail itu. Allah berfirman:
وَوُضِعَ ٱلْكِتَٰبُ فَتَرَى ٱلْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَٰوَيْلَتَنَا مَالِ هَٰذَا ٱلْكِتَٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّآ أَحْصَىٰهَا ۚ وَوَجَدُوا۟ مَا عَمِلُوا۟ حَاضِرًا ۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا. (الكهف: 49).
Artinya: “Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun.” (QS Al Kahfi: 49).
Apakah yang akan dihisab?
Ada empat hal yang akan dipertanggungjawabkan oleh manusia di hadapan Allah pada hari kiamat nanti. Sesuai dengan sabda Rasulullah Saw:
لَا تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ جَسَدِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيْهِ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ. (رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ وَالتِّرْمِذِيُّ)
Artinya: “Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak dari tempat hisabnya pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai empat hal: (1) umurnya, untuk apakah ia habiskan, (2) jasadnya, untuk apakah ia gunakan, (3) ilmunya, apakah telah ia amalkan, (4) hartanya, dari mana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan.” (HR Ibnu Hibban dan at-Tirmidzi).
Dan amalan yang paling pertama dihisab pada hari kiamat kelak adalah ibadah shalat. Bila masalah shalat ini selamat hisabnya, maka ia akan selamat dan beruntung. Bila masalah shalatnya tidak beres maka ia akan merugi dan menyesal. Sebagaimana dalam hadits dari Abu Hurairah ra Rasulullah bersabda:
إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ ، قَالَ الرَّبُ – عَزَّ وَجَلَّ – : اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ، فَيُكَمَّلُ مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ تَكُونُ سَائِرُ أعْمَالِهِ عَلَى هَذَا. (رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ).
Artinya: “Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (HR Tirmidzi).
Disamping hisab amal di hadapan Allah, pada hari kiamat kelak seluruh anggota tubuh kita akan menjadi saksi atas perbuatan kita, kecuali mulut. Sesungguhnya mulut akan dikunci oleh Allah dan tidak akan bisa bersaksi sama sekali. Sementara anggota tubuh yang lain seperti mata, telinga, hidung, tangan dan kaki akan menjadi saksi. Allah berfirman:
ٱلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰٓ أَفْوَٰهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ. (يس: 65).
Artinya: “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS Yasin: 65).
Bahkan kulitpun akan menjadi saksi dan berbicara atas segala perbuatan kita. Dalam ayat lain Allah SWT juga berfirman:
وَقَالُوا۟ لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدتُّمْ عَلَيْنَا ۖ قَالُوٓا۟ أَنطَقَنَا ٱللَّهُ ٱلَّذِىٓ أَنطَقَ كُلَّ شَىْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ. (فصلت: 21).
Artinya: “Dan mereka berkata kepada kulit mereka: “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” Kulit mereka menjawab: “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dialah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan.” (QS Fushshilat: 21).
Begitu beratnya perjalanan hisab manusia pada hari kiamat, maka jalan selamatnya adalah menyegerakan hisab di dunia. Yaitu dengan muhasabah diri secara berkesinambungan. Bila ada amalan yang baik, kita berusaha untuk terus istiqamah melaksanakannya. Bila ada perbuatan buruk maka kita segera menghentikannya dan bertaubat kepada Allah. Allah SWT berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ. (الحشر: 18).
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Hasyr: 18).
Khalifah Umar bin Khattab menjelaskan pengamalan ayat ini dengan perkataannya yang sangat terkenal:
حَاسِبُوا أَنفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَزِنُوْا أَعْمَالَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُوْزَنَ عَلَيْكُمْ، وَتَزَيَّنُوْا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَر. (تاريخ عمر- ابن الجوزي).
Artinya: “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab. Dan timbanglah amalan kalian sebelum ditimbang nanti. Dan berhiaslah untuk hari penampilan yang sangat besar (hari kiamat).” (Sejarah Umar: Ibnul Jauzi).
Muhasabah diri sudah menjadi gaya hidup para sahabat, tabi’in dan pengikut mereka yang shaleh. Mereka bisa menangis di tengah malam hanya karena teringat satu kesalahan saja. Atau karena takut amal shalehnya tidak diterima oleh Allah. dan kadang tetangganya juga ikut menangis karena tangisan tersebut. Sedangkan generasi akhir zaman lebih banyak yang merasa aman dari hukuman Allah. Dan tidaklah merasa aman dari hukuman Allah melainkan kaum yang merugi.
Wallahu Waliyyut Taufiq
(Dari kitab Adabul Bala: Abdul Hamid Al Bilaliy).