Minangkabau Benteng Terakhir NKRI

Redaktur: Harakie

Sangat sulit, bahkan mustahil memisahkan antara Minangkabau dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Demikian juga sekedar mengandai-andai akan memisahkan diri dari NKRI. Hal ini karena Minangkabau memiliki sejarah yang begitu panjang dan tak terpisahkan dengan republik ini sejak dulunya.

Terbukti, sejarah panjang perjuangan kemerdekaan hingga mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), para pejuang dan tokoh-tokoh asal Minangkabau selalu mengambil peran penting. Bahkan kita mengetahui begitu banyak tokoh-tokoh penting yang lahir dari ranah Minang, kemudian mendedikasikan jiwa dan raga, serta pemikirannya untuk Indonesia. Di antaranya adalah:

1. Soekarno (Proklamator RI), yang juga merupakan presiden pertama RI adalah menantu orang Minang. Istrinya Fatmawati ternyata memiliki darah bangsawan Kerajaan Indrapura – Pesisir Selatan.

2. Muhammad Hatta (Proklamator RI), sekaligus penyusun konsep ekonomi kerakyatan Indonesia merupakan putra asli Bukittinggi – Sumatera Barat.

3. Tan Malaka, tiga tahun sebelum Sumpah Pemuda sudah menulis buku “Naar de Republiek Indonesia” yang menjadi inspirasi Soekarno dalam perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Tan Malaka merupakan tokoh kelahiran Pandam Gadang, Limapuluh Kota.

4. M. Yamin, salah satu pengusul dalam rapat BPUPKI soal dasar negara pada tahun 1945. Ia adalah putra Sawahlunto, Sumatera Barat.

5. Agus Salim, sang diplomat ulung RI yang bertarung secara diplomatik dalam usaha pengakuan dunia internasional atas kemerdekaan Indonesia, merupakan putra Koto Gadang – Bukittinggi.

6. Sutan Sjahrir, putra Padang Panjang, adalah seorang diplomat yang gigih bertarung di meja perundingan saat Belanda dan sekutunya masih ingin mencengkramkan kukunya di Indonesia lewat agresi-agresinya.

7. M Natsir, tokoh Masyumi yang pernah menjadi menteri dan Perdana Menteri Indonesia, asal Alahan Panjang, Kabupaten Solok. Diantara jasanya adalah mengembalikan NKRI lewat “Mosi Integral”-nya selepas Indonesia terpecah belah dalam negara boneka RIS pasca Perjanjian Linggarjati.

Masih banyak lagi tokoh-tokoh dan pejuang nasional asal ranah Minang yang telah berjasa memperjuangkan dan mempertahankan keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia. Tidak hanya di masa silam, hingga hari ini pun tidak sedikit putra-putri bangsa ini, ternyata mereka adalah keturunan Minangkabau. Dan mereka mendedikasikan semua kemampuannya untuk kemajuan bangsa Indonesia.

Maka jika kemudian hari muncul narasi-narasi yang menyebutkan bahwa Sumatera Barat (baca: Minangkabau) tidak loyal NKRI, tidak nasionalis, tidak pro Pancasila, intoleran, dan sebagainya, itu adalah isapan jempol belaka.

Mengapa demikian? Karena tidak pernah sejarah mencatat lahirnya gerakan separatis atau bahkan upaya pemisahan diri dari NKRI di Sumatera Barat. Yang ada adalah Sumatera Barat memiliki andil besar bagi eksistensi republik ini. Ketika Ibukota, Yogyakarta bertekuk lutut akibat gempuran agresi militer Belanda, Sumatera Barat menjadi benteng terakhir kedaulatan RI. Presiden dan Wakil Presiden, Soekarno-Hatta dan sejumlah tokoh ditawan dan dibuang Belanda ke luar Jawa. Maka atas mandat dari presiden, Syafruddin Prawiranegara membentuk Pemerintahan Darurat RI (PDRI) di Sumatera Barat guna menjaga eksistensi Indonesia.

Peran PDRI sangat penting dalam mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. Tidak hanya mengisi kekosongan pemerintajan, PDRI berhasil menjalin hubungan dengan negara-negara lain. Informasi-informasi tentang keberadaan dan perjuangan Indonesia disebarluaskan ke berbagai penjuru dunia.

PDRI di bawah tanggung jawab putra-putra Minang telah menjadi penyambung nyawa NKRI. Setelah masa darurat selesai pemerintahanan RI kembali diserahkan kepada dwi-tunggal Soekarno – Hatta sekembalinya mereka dari pengasingan.

 

*Dari Berbagai Sumber

Tinggalkan komentar