Oleh: Irsyad Syafar
Kalau begitu banyak umat Islam yang menyumbang untuk saudara-saudaranya di Palestina, sebenarnya mereka para penyumbang itu kebanyakan adalah para pelanggan. Pelanggan apa?
Maksudnya, mereka itu sudah langganan dalam menyumbang. Bila ada musibah, bencana atau kezaliman yang menimpa sebagian muslimin, di berbagai belahan dunia, mereka-mereka inilah yang rata-rata ikut serta menyumbang.
Saat terjadi gempa dan tsunami di Aceh, sangat luar biasa sumbangan kaum muslimin dari seluruh pelosok Indonesia. Baik yang bersifat perorangan ataupun kolektif (komunitas). Begitu juga saat gempa Jogja, gempa Sumbar, gempa dan tsunami di Palu, dan lain-lain.
Bahkan sumbangan tersebut tidak saja untuk kaum muslimin. Untuk saudara-saudara kaum nashrani yang terkena bencana juga merasakan hal yang sama. Seperti saat gempa di Nias, gempa di Mentawai, banjir bandang di NTT dan lain-lain.
Dalam pengalaman di lapangan, banyak sekali yang berinfaq itu orangnya itu-itu juga. Sebab, kebaikan dan kepedulian dalam diri mereka itu asli dan bukan pencitraan. Mereka senang berbagi dan berbuat baik. Makanya Allah mudahkan bagi mereka kebaikan demi kebaikan.
Allah Swt sudah menjanjikan dalam firmanNya:
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى (5) وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى (6) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى (7)
Artinya: “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” (QS Al Lail: 5-7).
Maksudnya, bagi orang yang biasa bersedekah dan dia orang yang bertaqwa, dan ia sangat percaya akan balasan yang berlipat ganda dariNya, maka Allah mudahkan baginya untuk kembali bersedekah dan berbuat baik.
Bisa jadi mereka yang berinfaq itu bukanlah orang yang kaya-kaya amat. Kekayaannya mungkin hanya 1 atau 2 juta sebulan. Tapi Allah berkahi hartanya dan Allah ringankan hatinya untuk berinfaq ratusan atau puluhan ribu rupiah. Sehingga mereka jadi langganan dalam berinfaq.
Sebaliknya, orang-orang yang nyinyir melihat orang-orang berlomba-lomba berinfaq, biasanya mereka adalah orang yang jarang berinfaq (orang yang pelit). Orang kalau dermawan, akan senang dengan kedermawanan. Adapun orang yang pelit lagi kikir, obsesinya adalah menumpuk kekayaan. Kalaupun ada infaqnya, cenderungnya itu terjadi bila ada “keuntungan” dibalik itu.
Jangankan untuk orang di negeri yang jauh, untuk para tetangga yang ada di dekat rumahnya yang sangat membutuhkan, belum tentu dibantunya. Kalaupun ada dibantu, kadang bantuan itu tak sepadan dengan jumlah kekayaan yang Allah “titipkan” kepada mereka.
Sangat banyak orang yang diberi rezeki oleh Allah Swt perbulannya ratusan juta atau lebih. Tapi berinfaq 5 juta saja terasa sangat besar baginya. Wajar kemudian Rasulullah Saw menyatakan bahwa infaq 1 dirham bisa mengalahkan 100 ribu dirham. Rasulullah Saw bersabda:
سَبَقَ دِرهَمٌ مِائَة أَلفٍ ” قَالُوا : يا رَسُولَ الله ، كَيفَ يَسبِقُ دِرهَم مِائةَ ألفٍ ؟ قَال : ” رَجُلٌ له درهمان فأخذ أحدهما فتصدق به ، وآخر له مال كثير فأخذ من عرضها مائة ألف.
Artinya: “Satu dirham mengungguli 100 ribu dirham.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah bagaimana 1 dirham bisa mengalahkan 100 ribu dirham?” Rasulullah menjawab, “Seorang lelaki mempunyai 2 dirham, lalu ia sedekahkan 1 dirhamnya. Dan seorang lagi memiliki harta yang sangat banyak. Lalu ia berinfaq 100 ribu dirham.” (HR Hakim).
Orang yang nyinyir tentang banyaknya infaq kaum muslimin ke Palestina, kemungkinan besar mereka juga adalah para pelanggan. Yaitu pelanggan tidak berinfaq alias orang yang pelit. Mereka baru akan senang kalau mereka yang menerima bantuan.
Orang-orang yang pelit tersebut nasib mereka akan mengalami kesulitan. Allah Swt berfirman:
وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى (😎 وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى (9) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى (10).
Artinya: “Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.” (QS Al Lail: 8-10).
Maksudnya, orang-orang yang pelit dan merasa kaya, dan tidak percaya akan balasan terbaik dari Allah Swt atas infaq dan sedekahnya, mereka itu Allah mudahkan untuk berbuat dosa dan maksiat. Yang kemudian dosa-dosa tersebut akan menjadi kesulitan baginya di dunia dan akhirat.
Wallahu A’lam.