Manusia Super Star

Oleh: Irsyad Syafar
Manusia super star ini maksudnya bukanlah manusia sangat hebat dan serba bisa. Melainkan ia adalah orang-orang yang miskin hati. Mungkin saja ia kaya secara harta benda. Namun kekayaannya tidak pernah membuatnya merasa cukup.
Jadi, manusia super star yang saya maksudkan adalah singkatan dari manusia “SUka PERai Se TARuih” (orang yang senangnya gratis saja terus). Ini merupakan sebuat sifat yang buruk dalam diri manusia, dan mentalitas yang tidak baik lagi tercela.
Kondisi seperti ini merupakan kelemahan umum kita manusia. Kecuali orang-orang yang dirahmati Allah. Padahal kadang kita sudah memiliki harta yang cukup bahkan lebih. Tapi, ketika ada peluang yang gratis, kita ikut pula bergabung dan berebut disana.
Watak manusia yang seperti ini pernah diisyaratkan oleh Rasulullah Saw dalam hadits dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:
لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ ، وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ.
Artinya: “Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekali tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Salah seorang Ulama pernah berjumpa dengan seorang saudagar kaya. Ketika ditanya apa kekayaannya, saudagar tersebut menjawab, “Saya punya jubah (baju) mahal seperti yang saya pakai ini 2000 buah.” Ulama tadi balik bertanya, “Maukah kamu aku berikan 1 jubah lagi semahal ini?” Saudagar itu menjawab, “Ya saya mau.” Dengan spontan Ulama tersebut berkata, “Ternyata anda masih miskin. Anda sudah punya 2000 jubah, anda masih mau 1 jubah lagi.”
Begitulah watak kita manusia. Kalaupun kita sudah punya beberapa buah mobil yang bagus misalnya, jika ada yang ngasih gratis satu lagi, maka kitapun akan mengambilnya dengan penuh antusias. Begitu juga kalau sudah punya sekian rumah yang bagus, lalu ada jatah rumah yang gratis, akan direbut juga.
Dan memang manusia sangat mencintai harta dan akan terus senantiasa mencarinya. Ia tidak merasa puas dengan yang sedikit, dan akan sangat tamak kepada yang banyak. Allah Swt berfirman:
وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا.
Artinya: “Dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan.” (Al-Fajr :20)
Kecuali orang yang dikaruniai Allah jiwa yang kaya. Maka ia akan memiliki karakter qana’ah. Rasulullah Saw bersabda:
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ.
Artinya: “Kaya bukanlah diukur dengan banyaknya harta dunia. Namun kaya (ghina’) adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Efek berikutnya dari watak yang buruk ini adalah mendorong pelakunya untuk memperbanyak harta dengan segala cara. Tidak peduli itu harta dan hak orang lain, akan diburunya terus. Akibatnya ia akan menjadi budak harta. Ia celaka dan binasa. Ketamakannya hanya bisa dihentikan oleh kematian. Rasulullah Saw bersabda:
تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَالدِّرْهَمِ وَالْقَطِيفَةِ وَالْخَمِيصَةِ، إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ لَمْ يَرْضَ.
Artinya: “Celakalah hamba dinar, hamba dirham, hamba Qathifah (pakaian yang tebal), serta hamba Khamishah (baju bergaris-garis dari sutera atau wol), jika diberi ia akan ridha dan jika tidak diberi maka dia tidak suka (rela).” (HR Bukhari).
Jadi, suka gratis (tangan dibawah) itu bisa membawa kepada yang tidak baik. Lebih baik belajar dan berusaha menjadi orang yang memberi (tangan di atas). Kaya hati dan menjadi terhormat. Wallahu A’lam.

Tinggalkan komentar