Film “Ipar adalah Maut” tidak hanya sebuah cerita sinematik biasa, tetapi sebuah karya yang mendalam mengenai kompleksitas hubungan keluarga dan nilai-nilai budaya Minangkabau. Dalam konteks budaya Minangkabau, interaksi antara ipar dan bisan memiliki makna yang dalam dan mempengaruhi struktur kekeluargaan dengan signifikan. Dalam kehidupan masyarakat Minangkabau, peran keluarga dianggap sebagai pondasi yang kuat. Ipar, baik itu saudara ipar laki-laki atau perempuan, memiliki tanggung jawab sosial dan moral untuk saling mendukung, menjaga, dan melindungi satu sama lain. Nilai-nilai kekeluargaan ini menjadi inti dalam menjaga harmoni di dalam keluarga besar Minangkabau.
Hal ini disampaikan oleh Narasumber Talkshow Dialog Sosial Budaya di Radio SIPP FM, Dr. Wirdaningsih, M.Si., yang merupakan Kepala Pusat Riset Kearifan Lokal Universitas Negeri Padang. Talkshow ini mengangkat tema Viral “Ipar adalah Maut” Movie, Bagaimana Konsep Baipa-Babisan di Minangkabau?.
Film ini menghadirkan konflik yang kompleks, terutama menyoroti isu perselingkuhan di antara karakter-karakter ipar. Konflik ini tidak sekadar menggambarkan drama, tetapi juga menggali dilema moral dan psikologis yang muncul ketika norma-norma budaya bertentangan dengan keinginan individu. Dalam budaya Minangkabau, di mana nilai-nilai adat dan agama memegang peranan penting, perselingkuhan menjadi sebuah kontroversi yang dapat menggoyahkan integritas keluarga. Film ini juga memberikan pandangan terhadap kasus-kasus nyata di mana konflik antar ipar terjadi. Dalam beberapa situasi, kedekatan emosional dan komunikasi yang terlalu intim dapat memicu konflik yang merusak hubungan kekeluargaan. Ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga batas-batas yang diatur oleh nilai-nilai adat dan agama, serta pentingnya saling menghormati dalam interaksi keluarga.
Pola asuh dan pengalaman trauma masa kecil dapat memengaruhi dinamika antaranggota keluarga. Perbandingan atau perlakuan tidak adil terhadap anak-anak bisa memicu perasaan cemburu dan ketidakpuasan, yang jika tidak ditangani dengan baik, dapat berdampak negatif pada ikatan keluarga di masa mendatang. (Dwi-Dini)