PADANG, sippfm.com- Seseorang yang meninggalkan suatu amal dengan dalih bahwa dirinya khawatir tidak ikhlas bila mengerjakan amal tersebut maka sejatinya orang itu telah riya dan ingin diakui oleh manusia lainnya sebagai orang yang ikhlas.

Sementara seseorang yang mengerjakan suatu amal karena manusia, karena ingin dipuji orang lain maka sejatinya orang tersebut tengah melakukan perbuatan syirik yang samar.

Sebab orang itu tidak memperuntukan amal ibadah itu kepada Allah Swt melainkan untuk kepentingan mencari perhatian manusia.

“Adapun orang yang ikhlas, Allah SWT menyelamatkan dari keduanya. Artinya (orang yang ikhlas itu) tetap beramal dan berharap ridha Allah SWT, berharap pahala dari Allah SWT,” dikutip dari republika.co kata Pengasuh Pondok Pesantren Suniyyah Salafiyah Pasuruan Habib Taufiq bin Abdul Qadir bin Husein Assegaf yang juga ketua Umum Rabithah Alawiyyah dalam kajian kitab Fushulul Ilmiyah karya Habib Abdullah Bin Alawi Al-Haddad yang disiarkan daring kanal resmi YouTube Sunsal Media pada Kamis (22/12).

Habib Taufiq mengatakan dalam beramal seseorang harus dapat memenuhi baik syarat sah dan syarat diterimanya amal. Sebab bisa jadi seseorang telah memenuhi syarat sah dalam beramal, namun amalnya tidak diterima Allah Swt lantaran mengabaikan syarat diterimanya amal. Habib Taufiq mencontohkan seseorang yang berpuasa namun berkata bohong, maka puasanya tetap sah namun ibadah puasanya itu tidak diterima Allah karena berbohong.

Begitupun orang yang sholat dengan hati riya, maka shalatnya tetap sah namun tidak diterima Allah kecuali orang tersebut menjalankan ibadahnya itu dengan ikhlas.

Oleh karena itu menurutnya dalam beribadah tidak boleh diniatkan untuk selain Allah.   Orang yang beribadah karena berharap ridha Allah SWT, berharap surga dari Allah SWT, berharap rezeki dari Allah SWT, adalah orang-orang yang ikhlas.

Memang derajat ikhlas bertingkat-tingkat. Menurut Habib Taufiq derajat ikhlas yang paling tinggi adalah tidak berharap apapun kecuali Ridha Allah SWT. Sedang orang yang beribadah dengan mengharap pujian makhluk maka orang itu riya.

Karena itu Habib Taufiq mengingatkan agar tidak tertipu dengan kehidupan dunia yang sesaat dan mengabaikan kenikmatan akhirat yang abadi.

Habib Taufiq mengatakan manusia yang hidupnya terus mengumpulkan dunia sebenarnya tidak mempunyai akal dan tidak waras.

Sebab dunia yang dikumpulkannya akan dimiliki orang lain sementara dirinya akan mempertanggung jawabkan di akhirat. Orang yang tamak dan serakah pada dunia menunjukan mata hatinya buta.

republika.co