Oleh: Irsyad Syafar
Beberapa ekor anak tikus sedang bermain dengan induknya. Tiba-tiba lewatlah kelelawar yang terbang rendah di dekat mereka. Anak-anak tikus melihatnya dengan penuh takjub dan kagum.
Seekor anak tikus itu bertanya kepada induknya: “Bu, itu makhluk apa? Kok mirip dengan kita?”
Si ibu menjawab: “Itu tikus juga, sama dengan kita.” Si anak bertanya lagi: “Tapi kok dia bisa terbang, Bu?”
“Oh, dia itu kuliahnya jurusan penerbangan. Kalau kita jurusan pertanian,” Jawab si Ibu dengan santai. “Ooo begitu,” kata si anak sambil berlalu bermain dengan saudara-saudaranya.
* * * * *
Itu hanya sebuah ilustrasi. Namun dalam dunia nyata, banyak juga binatang yang memiliki kemampuan lebih setelah “belajar dan berlatih”. Lihatlah binatang-binatang di arena sirkus. Mereka bisa mempunyai kemampuan melebihi binatang lain yang sejenis.
Ikan lumba-lumba atau anjing laut misalnya, bisa diajak bermain, atraksi menari dan sebagainya. Begitu monyet atau kera, kalau dilatih (kuliah), bisa menunggang kuda, memetik kelapa dan mengupasnya. Bahkan binatang buas semisal singa atau harimau pun bisa “jinak” dan cekatan bermain dengan manusia. Itu karena dia ngambil jurusan “seni”, tidak seperti kawan-kawannya yang lain, yang “mungkin” ngambil jurusan kehutanan.
* * * * *
Dalam dunia manusia, kita bisa saling mengungguli satu sama lain. Makanan boleh sama, bentuk fisik juga mungkin sama. Tapi, kemampuan dan capaiannya bisa sangat ekstrim berbeda. Semuanya karena faktor pendidikan dan pengalaman hidup yang berbeda.
Dengan kemajuan ilmu dan teknologi, manusia ada yang bisa terbang ke angkasa, sampai ke bulan. Ada juga yang mampu menyelam ke laut dalam, berhari-hari disana. Dan ada juga yang masuk ke dalam perut bumi.
Dengan pendidikan, manusia bisa menghadirkan berbagai kemajuan kehidupan dan peradaban. Dalam dunia pemerintahan, dikenal istilah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index. Yaitu pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup.
IPM sebuah daerah menunjukkan bagaimana dan sejauh mana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.
* * * * *
Baginda Rasulullah Saw dahulu sudah sangat peduli dengan indek pembangunan manusia ini. Salah satu buktinya, Beliau mengajarkan sebuah doa yang sangat sering Beliau baca sehabis shalat shubuh:
اللهم إني أسألُكَ علمًا نافعًا ، ورزقًا واسعًا ، وعملًا مُتَقَبَّلًا.
Artinya: “Ya Allah, aku memohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang luas dan amal yang diterima.” (HR Ibnu Majah).
Dari doa ini, harapan Rasulullah Saw, seorang muslim itu idealnya adalah seorang yang berilmu, berharta dan bekerja.
* * * * *
Rasulullah Saw juga mengajarkan bahwa air Zamzam itu memiliki kemuliaan berupa doa yang dikabulkan (mustajab). Sehingga Ibnu Abbas ketika meminum air Zamzam, ia membaca doa berikut:
اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا وَاسِعًا، وَشِفَاءً مِنْ كُلِّ دَاءٍ.
Artinya: “Ya Allah, aku memohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang luas dan kesembuhan dari berbagai penyakit.” (HR Hakim dan Darulquthni)
Dari doa Sahabat Rasul yang mulia ini, sejatinya seorang muslim terobsesi untuk memiliki ilmu yang luas, harta yang banyak dan badan yang bebas dari penyakit. Atau dengan bahasa lain, seorang muslim yang ideal itu hendaknya Pintar, Kaya dan Sehat.