Oleh: Irsyad Syafar
Banyak sekali orang-orang yang sangat antusias dan perhatian dalam mengamankan kehidupannya dan harta kekakayaannya dengan menggunakan asuransi. Mulai dari asuransi kesehatan, kecelakaan kerja, rawat inap, kematian, asuransi kebakaran dan gempa untuk rumah atau gedung, sampai asuransi kendaraan, dan asset berharga lainnya. Tidak jarang seseorang harus mengeluarkan biaya besar untuk semua jenis asuransi tersebut.
Seorang mukmin dapat mengasuransikan kehidupan dunianya sekaligus akhiratnya tanpa mengeluarkan biaya besar. Ia bisa mengasuransikan diri pribadinya, aset kekayaannya, anak keturunannya dan bahkan amal ibadah yang telah dilakukannya. Itu semua hanya dengan beberapa ibadah lisan yang ringan atau ibadah badan yang tak terlalu lama, namun membutuhkan konsistensi, akan berbuah jaminan yang sangat besar dan tak ternilai harganya. Memberikan keamanan hidup di dunia dan kebahagiaan abadi di akhirat kelak.
Berikut beberapa asuransi dunia akhirat yang sangat mungkin dikerjakan oleh setiap mukmin:
1. Asuransi dunia akhirat (tripel asuransi)
Ada tiga amalan yang mengamankan seseorang di dunia dan akhirat.
Pertama, melaksanakan shalat shubuh menjadikan seseorang berada dalam jaminan dan penjagaan Allah. Bila seseorang menjaga dengan baik shalat shubuhnya, maka apapun yang terjadi setelah itu, niscaya ia dalam jaminan Allah SWT. Rasulullah saw bersabda:
مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فَهُوَ فِي ذِمَّةِ اللَّهِ.
Artinya: “Barang siapa yang Shalat shubuh, maka dalam tanggungan Allah (HR Muslim).
Kedua, membaca ayat Kursi setiap selesai shalat akan menjamin seseorang masuk ke dalam surga Allah ‘Azza wa Jalla. Tidak ada yang menghalangi antara dia dengan masuk surga kecuali kematian. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِيِّ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ مَكْتُوبَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُولِ الْجَنَّةِ ، إِلاَّ الْمَوْتُ.
Artinya: “Barang siapa yang membaca ayat Kursi setiap selesai shalat wajib, tidak ada yang akan menghalanginya masuk sorga kecuali kematian.” (HR Thabrani, dishahihkan oleh Albany).
Ketiga, membaca dzikir berikut ini di pagi hari dengan penuh keyakinan dan keimanan kepada Allah SWT. Jika dia meninggal sebelum sore maka dia menjadi penduduk sorga. Dan jika dibaca di sore hari dengan penuh keyakinan, lalu meninggal dunia sebelum pagi, maka dia adalah penduduk sorga. Dalam hadits shahih Bukhari Rasulullah SAW mengajarkan dzikir berikut:
اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ.
Artinya: “Allah, Engkau adalah Rabb-ku, tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) kecuali Engkau, Engkau-lah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjian­ku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung ke­pada-Mu dari kejelekan (apa) yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu (yang diberikan) kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampuni­lah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat me­ngampuni dosa kecuali Engkau.” (HR Bukhari).
2. Asuransi menyeluruh dari segala mara-bahaya dan bencana mendadak
Rasulullah saw telah bersabda:
مَنْ قَالَ بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ لَمْ تُصِبْهُ فَجْأَةُ بَلَاءٍ حَتَّى يُصْبِحَ وَمَنْ قَالَهَا حِينَ يُصْبِحُ ثَلَاثُ مَرَّاتٍ لَمْ تُصِبْهُ فَجْأَةُ بَلَاءٍ حَتَّى يُمْسِيَ.
Artinya: Barang siapa yang membaca: “Dengan nama Allah yang tidak ada mudharat bersama –nama-Nya, satupun di bumi atau di langit, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”, tiga kali, niscaya dia tidak akan ditimpa bencana mendadak sampai pagi hari. Dan barang siapa yang mebacanya di pagi hari sebanyak 3 kali, maka dia tidak akan ditimpa bencana mendadak sampai sore hari. (HR Abu Daud dari Utsman bin Affan).
3. Asuransi harta dan kekayaan
Harta kekayaan dapat diasuransikan dengan cara menunaikan zakatnya, lalu mengeluarkan infaq dan sedekah. Rasulullah bersabda:
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَيَقُولُ الْآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا.
Artinya: “Tidak ada hari dimana manusia berada di hari itu, kecuali ada dua malaikat yang selalu turun (ke bumi). Malaikat yang satu berdoa (kepada Allah): “Ya Allah, berikanlah ganti harta orang yang berinfaq”. Dan berkata malaikat yang satu lagi: “Ya Allah, berikanlah kehancuran harta bagi orang yang tidak mau berinfaq”. (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
4. Asuransi anak keturunan
Seseorang dapat mengasuransikan anak-anaknya dengan cara memperbanyak amal shaleh selama hidupnya. Keshalehan orang tua akan berbuah jaminan bagi anak-anaknya. Sebagaimana yang telah Allah beritakan dalam QS Al Kahfi, dimana dua anak yatim telah mendapatkan harta peninggalan orang tuanya yang tersembunyi, sementara kedua anak tersebut tidak mengetahuinya. Harta tersebut terjaga dengan aman karena karena orang tuanya seorang yang shaleh. Allah SWT berfirman:
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ.
Artinya: “Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.” (QS Al Kahfi: 82).
Kedua anak yatim tersebut mendapatkan jaminan harta dari Allah SWT karena faktor keshalehan orang tuanya. Maka siapa orang tua yang senantiasa menjaga keshalehan dirinya, merutinkan ibadah dengan baik, memiliki hubungan sosial yang baik dengan tetangga dan masyarakat, sesungguhnya ia sedang menyiapkan (mengasuransikan) masa depan anak-anaknya.
5. Asuransi menghadapi gangguan mendadak sehingga tidak dapat berbuat amal shaleh
Seseorang bila mengalami sakit atau berpergian akan terkendala untuk memaksimalkan amal shaleh. Mungkin tidak bisa shalat berjamaah, tidak bisa ke masjid, berkurang shalat sunatnya, tidak sempat banyak berdzikir atau tilawah Al Quran, dan lain sebagainya. Atau ketika ia musafir ia tidak dapat maksimal beribadah dan beramal shaleh, shalatnya dijamak dan di qashar, ibadah sunnatnya berkurang dan lain sebagainya. Tentu keadaan ini akan menyebabkan berkurangnya pahala.
Ternyata tidaklah demikian. Hal ini bisa dihindarkan dengan cara menjaga amal shaleh dan ibadah selama badan sehat dan selama muqim (tidak berpergian). Maka siapa yang melakukannya, dia tetap mendapatkan pahala yang sama di saat dia sakit, saat berpergian atau ketika ada udzur syar’I lainnya. Rasulullah bersabda:
إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا
Artinya: Jika seorang hamba mengalami sakit atau musafir (berpergian jauh), maka tetap ditulis baginya (pahala) amalan yang biasa dilakukannya disaat muqim dan sehat”. (HR Bukhari dari Abu Musa)
Ini beberapa amalan lisan dan badan yang akan dapat memberikan asuransi kehidupan di dunia dan di akhirat.
Wallahu A’laa wa A’lam bishshawab.