Agar Selalu Bersama Rasulullah

Oleh: Irsyad Syafar
Ketika datang bulan Muharram, kita seringkan pembahasan tentang hijrah Rasulullah dan para sahabat, tentang hakekat dan makna hijrah, dan bagaimana aplikasi hijrah dalam konteks masa kini. Baik di dalam khutbah Jum’at maupun dalam bentuk kajian dan tulisan. Agar umat kita terus berbenah diri menuju yang lebih baik, merasa izzah dengan agama dan peradaban yang dibawanya.
Ketika datang bulan Rabiul Awwal kita banyakkan pembahasan tentang kemuliaan Rasulullah, akhlak dan kehidupan Beliau, perjuangan dan dakwahnya, dan lain-lain tentang Baginda Nabi. Baik dalam khutbah, ceramah dan kajian, maupun dalam bentuk tulisan. Agar kaum muslimin selalu tersibukkan dengan ajaran Rasul mereka, dan Beliau menjadi idola mereka.
Ketika datang bulan Rajab, kita banyakkan pembahasan tentang peristiwa Isra dan Mikraj yang luar biasa, keutamaan shalat dan mengimani semua berita-berita langit. Baik saat khutbah Jum’at maupun dalam kajian/ceramah. Agar umat selalu loyal kepada Allah, cinta kepada RasulNya dan rajin dalam menjaga shalat mereka.
Ketika datang bulan Sya’ban, kita ingatkan pula umat tentang urgensi bulan Sya’ban, kemuliaaannya, apa yang harus diperbanyak pada bulan tersebut. Baik dalam khutbah maupun dalam bentuk ceramah. Agar umat tidak lalai dan lengah. Dan segera mempersiapkan diri menyambut bulan Ramadhan.
Kalau pada bulan Ramadhan gak usah ditanya, dalam sehari kadang bisa 4-5 kajian terlaksana. Seorang da’i atau Ustadz bisa full agenda di setiap harinya. Catatan jadwal kajian bisa dua atau tiga helai. Ada yang dalam kota, ada yang antar kota dalam provinsi, ada juga yang lintas provinsi. Bahkan ada yang “mainnya” luar negeri. Itu semua, agar umat ini disibukkan dengan kebaikan dan tidak kehilangan momen berharga.
Begitu masuk bulan Zulqaedah dan Zulhijjah, khutbah dan ceramah sudah harus banyak membahas ibadah haji, umrah dan ibadah Qurban. Umat harus diseru dan didorong untuk ikut serta dalam salah satu agenda di bulan-bulan yang mulia tersebut.
Begitulah terus berputar sepanjang tahun. Momen-momen penting perjuangan Rasulullah saw atau bahasa lainnya hari besar umat Islam, adalah waktu yang pas untuk mengedukasi umat tentang agamanya. Dan begitulah kebiasaan banyak khatib atau ulama di Timur tengah sampai saat ini. Tidak ada yang menyimpang dalam kebiasaan ini. Apalagi sampai dilabeli bid’ah.
Lalu, kalau kegiatan kajian atau ceramah seperti itu kemudian diberi nama dengan “peringatan” atau “perayaan”, maka berubah menjadi bid’ah dan terlarang? Ayolah, jangan jadikan hari-hari penting dalam sejarah peradaban Islam itu, menjadi momen kita bertengkar, berdebat bahkan kadang “bermusuhan”.
Padahal hari-hari penting di berbagai negara dan kerajaan di dunia Islam, seringkali diperingati dan dirayakan sangat istimewa. Tapi gak ada yang berani membid’ahkan. Bahkan hari naik tahtanya seorang raja, diperingati dan dispesialkan, tidak ada ulama yang mengkritisinya. Lha kenapa untuk Rasulullah Saw menjadi tidak boleh?

Tinggalkan komentar