Oleh: Irsyad Syafar
Ini adalah obsesi dan cita-cita orang beriman. Yaitu menjadi madu di dunia. Apa maksudnya? Jangan berpikir macam-macam dulu. Simaklah hadits Nabi yang mulia berikut ini:
إذا أراد اللهُ عز وجل بعبْدٍ خيرًا عَسَلَه، قيل: وما عَسَله؟ قال: يفتَح الله عز وجل له عملًا صالحًا قبل موته ثم يَقْبِضُه عليه.
Artinya: “Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, maka Allah jadikan dia manis (bagaikan madu).” Ada yang bertanya, “Apa maksudnya manis?” Rasulullah Saw menjawab: “Allah buka baginya amal shaleh sebelum wafatnya, lalu Allah cabut nyawanya dalam kondisi itu.” (HR Ahmad – Shahih dalam Silsilah Hadits Shahih).
Inilah yang dimaksud dengan manis bagaikan madu. Yaitu ketika seseorang mendapat taufiq dan kemudahan dari Allah untuk beramal shaleh. Kemudian tidak lama setelah itu ia meninggal dunia.
Bentuk aplikatifnya sangat banyak. Ada orang yang dimudahkan Allah untuk rajin tilawah Al Quran. Lalu dia wafat saat membaca Al Quran. Ada yang rajin bersedekah di akhir hayatnya. Ada juga yang kesenangannya membantu orang lain sebelum meninggal dunia. Intinya, dia dipergunakan Allah Swt untuk berbuat baik. Sebagaimana dalam lafadz hadits yang lain:
إذا أراد الله بعبْدٍ خيرًا استعمله، قيل: وما استعمله؟ قال: يفتَح له عملًا صالحًا بين يَدَي مَوْته، حتى يرضَى عنه مَنْ حولَه.
Artinya: “Jika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, Allah pergunakan hamba tersebut.” Ada yang bertanya, “Apa maksudnya Allah pergunakan?” Rasulullah Saw menjawab: “Allah bukakan baginya amal shaleh menjelang kematiannya. Sehingga orang-orang disekitarnya menjadi senang (ridha).” (HR Ahmad – Shahih dalam Silsilah Hadits Shahih).
Ulama hadits menjelaskan bahwa ada bentuk lain dari kebaikan yang Allah berikan kepada hambaNya. Yaitu bila hambaNya diuji dengan penyakit ataupun kesusahan. Lalu hamba ini ridha dan sabar atas ujian yang Allah berikan tersebut. Maka itu juga merupakan kebaikan yang Allah taqdirkan untuknya. Lalu jika ia meninggal dunia dalam kondisi itu, maka Allah telah mensucikannya.
Salah seorang Salaf menyebutkan bahwa bila Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, maka Allah bukakan baginya pintu-pintu amal, dan Allah tutup baginya pintu-pintu jidal (berdebat).
Ibnul Qayyim mengatakan: “Jika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, maka Allah bukakan baginya pintu taubat, pintu penyesalan, pintu keprihatinan, kehinaan diri dihadapan Allah, merasa butuh kepadaNya, dan selalu minta tolong dan memohon kepadaNya.
Pendek kata, seorang yang gemar berbuat baik, rajin beramal shaleh, disibukkan oleh Allah dengan hal yang diridhaiNya, lalu ia meninggal dunia, maka ia telah dijadikan “manis” bagaikan madu oleh Allah Swt. Dan dia telah dipergunakan oleh Allah, sekaligus dia disucikanNya. Rasulullah Saw bersabda:
إذا أراد الله بعبْدٍ خيرًا، طهَّرَه قبل موته، قالوا: وما طَهُور العَبْد؟ قال: عملٌ صالحٌ يُلهمُه إيَّاه حتى يقْبِضَه عليه.
Artinya: “Jika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, Allah sucikan dia.” Ada yang bertanya, “Bagaimana sucinya?” Rasulullah Saw menjawab: “Amal shaleh yang Allah ilhamkan kepadanya, sampai kemudian Allah mencabut nyawanya.” (Shahihul Jaami’).
Wallahu A’laa wa A’lam.