Padang| sippfm.com- Berbagai upaya untuk menyediakan bahan pangan yang sehat bagi masyarakat terus dilakukan pemerintah Kota Padang. Salah satunya adalah mendirikan pabrik tahu dan tempe yang higienis dan tanpa bahan pengawet.
Pada Selasa, 22 Oktober 2019, Walikota Padang Mahyeldi menerima kunjungan tenaga ahli pembangunan pabrik tahu dan tempe higienis tanpa bahan pengawet asal Grobogan, Jawa Timur, Misbachul Munir. Dalam pertemuan yang berlangsung di rumah dinas walikota Padang tersebut, Munir menyatakan kesediaan membantu kota Padang dalam penyediaan tahu dan tempe higienis dan tanpa bahan pengawet. Proses pembuatannya menggunakan bahan baku alami sehingga tetap sehat dikonsumsi masyarakat.
Pabrik yang saat ini sedang dibangun, beralamat di jalan Kabun Puti, RT 01 RW 01 Kelurahan Lubuk Minturun Kecamatan Koto Tangah. Diperkirakan awal Desember mendatang pabrik ini sudah mulai beroperasi. Ini merupakan pabrik tahu pertama di Kota Padang yang pengolahannya menggunakan tungku dengan bahan baku sekam padi.
“Menghadirkan makanan yang halal dan thayyiban adalah kewajiban usahawan muslim di Kota Padang. Apalagi penduduk Kota Padang 98 % muslim, dan masyarakat Minang memiliki fasafah adat basandi syarak , syarak basandi kitabullah. Sehingga menghadirkan makanan yang alami dan higienis merupakan fardu kifayah,” ujar walikota.
Lebih lanjut ia mengajak warga kota Padang ikut mendukung dan mendoakan agar rencana pembangunan pabrik tahu dan tempe ini terlaksana dengan baik.
Beberapa hari seblumnya Walikota Padang juga telah mengunjungi pabrik tahu dan tempe ‘SSS’ yang berada di kampung Sungai Janih, di kaki Gunung Talang Kabupaten Solok. Ia telah melihat secara langsung proses pembuatan tahu di pabrik yang sudah beroperasi selama dua tahun ini. Pabrik ini memperkerjakan 15 orang karyawan yang semuanya merupakan anak nagari kampung Sungai Janih. Ini menjadi salah satu solusi untuk menggerakkan perekonomian di daerah pertanian.
Mahyeldi menilai usaha ini juga bisa dikembangkan di Kota Padang, khususnya di wilayah-wilayah pertanian seperti Koto Tangah, Kuranji, Pauh dan Bungus. Di samping ketersediaan lahan pertanian dan sumber alam yang cukup memadai untuk pengadaan bahan baku, masyarakat juga bisa diberdayakan untuk menjadi pelaku usaha ini. (*)