Ramadhan 16 KISAH DAN ‘IBRAH SULAIMAN, SEMUT DAN BALA TENTARANYA

Sipp FM- Nabi Sulaiman adalah seorang Rasul yang sekaligus raja. Ia mendapat kemuliaan dari Allah berupa kerajaan yang tidak ada seorangpun memiliki kerajaan seperti itu setelahnya. Nabi Sulaiman berdoa kepada Allah dalam firmanNya:

قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ.

Artinya: Ia berkata: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.”

Nabi Sulaiman mewarisi kerajaan dari ayahnya, Nabi Daud. Ayah dan anak, keduanya diberi kelebihan dan keistimewaan oleh Allah, terutama kelebihan dalam ilmu dan kerajaan. Allah berfirman:

{وَلَقَدْ آتَيْنَا دَاوُدَ وَسُلَيْمَانَ عِلْمًا وَقَالا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي فَضَّلَنَا عَلَى كَثِيرٍ مِنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِينَ}

Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman, dan keduanya mengucapkan, “Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.” (An-Naml: 15).

Keduanya menjadi hamba Allah yang bersyukur dan memuji nikmatNya yang diterima. Sehingga kemudian Allah memuji keduanya. Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz pernah berkirim surat yang isinya sebagai berikut: Sesungguhnya Allah tidak memberikan suatu nikmat kepada seseorang hamba, lalu hamba yang bersangkutan memuji kepada Allah atas nikmat itu, melainkan pujiannya itu lebih utama daripada nikmat-Nya.

Dibandingkan dengan kerajaan Nabi Daud, kekuasaan Nabi Sulaiman diberi Allah lebis luas. Allah telah melimpahkan kepadanya nikmat-nikmat berupa kerajaan yang sempurna dan kekuasaan yang besar. Sehingga ditundukkan baginya manusia, jin, dan burung-burung serta binatang lainnya. Selain dari itu Sulaiman telah dianugerahi ilmu bahasa burung. Suatu pemberian yang belum pernah diberikan Allah kepada seorang manusia pun. Allah berfirman:

{يَا أَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ}

Artinya: “Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. (QS An-Naml: 16).

Adalah tidak benar pendapat yang mengatakan bahwa dahulu hewan-hewan bisa berbicara seperti manusia. Itu hanyalah dongeng belaka. Jika memang demikian, maka kemampuan Nabi Sulaiman bukanlah suatu keistimewaan yang layak diutamakan Allah dalam wahyunya.

Nabi Sulaiman memiliki bala tentara yang sangat banyak lagi lengkap. Allah menundukkan baginya manusia, jin dan burung-burung. Ia diiringi oleh mereka dengan segala kebesaran dan kemegahannya di tengah-tengah bala tentara manusia, karena merekalah yang mengiringinya. Setelah mereka terdapat bala tentara dari makhluk jin, sedangkan bala tentara burung kedudukan mereka berada di atas (di udara). Apabila matahari panas, maka burung-burung itu menaunginya dengan sayap-sayapnya. Allah berfirman:

{وَحُشِرَ لِسُلَيْمَانَ جُنُودُهُ مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ وَالطَّيْرِ فَهُمْ يُوزَعُونَ}

Artinya: “Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia, dan burung-burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).” (QS An-Naml: 17).

Semua pasukan itu diberi tugas secara teratur. Dan Nabi Sulaiman memantau serta mengawasi seluruh bala tentaranya itu. Dimana ia menyusun barisan masing-masing secara rapi, mulai dari pertama sampai yang terakhir. Sehingga tidak ada satu pun yang melangkahi posisi yang telah ditetapkan baginya. Imam Mujahid menyebutkan bahwa Sulaiman menjadikan pada tiap barisan pasukan komandannya sendiri. Ia bertugas mengatur barisan tersebut agar rapi dan berjalan dengan tertib, tidak semrawut, sebagaimana yang dilakukan oleh raja-raja di masa sekarang.

Suatu hari bala tentara Sulaiman as ini melewati suatu lembah yang merupakan perkampungan semut. Seluruh semut kalang kabut menyelamatkan diri ke dalam lobang-lobang mereka. Sebab mereka khawatir akan binasa gara-gara terinjak oleh bala tentara dan kuda-kuda pasukan Sulaiman as yang sangat banyak itu. Salah satu dari semut itu berteriak mengingatkan teman-temannya agar menghindar dari injakan pasukan Nabi Sulaiman as. Allah berfirman:

حَتَّى إِذَا أَتَوْا عَلَى وَادِي النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ (18).

Artinya: “Hingga apabila mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, “Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarang kalian, agar kalian tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.” (QS An Naml: 18).

Nabi Sulaiman as mendengar ucapan dan pembicaraan semut ini. Beliau paham bahasa mereka dan sangat mengerti kecemasannya. Sehingga Beliau tersenyum “geli” dengan pembicaraan semut tersebut dan bahagia atas nikmat Allah yang istimewa ini. Allah berfirman:

{فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ}

Artinya: “Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, “Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai.” (An-Naml: 19)

Maksudnya, berilah aku kekuatan untuk mensyukuri nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku, sehingga aku dapat memahami bahasa burung dan bahasa semua hewan berkat pengajaran-Mu kepadaku, juga kepada kedua orang tuaku, agar diriku menjadi orang yang tunduk patuh dan beriman kepada-Mu.

{وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ}

Artinya: Dan untuk mengerjakan amal shaleh yang Engkau ridhai.” (QS An-Naml: 19)

Maksudnya, agar aku selalu dapat mengerjakan amalan yang Engkau sukai dan Engkau ridhai.

{وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ}

Artinya: “Dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” (QS An-Naml: 19).

Ibnu Katsir menukilkan riwayat Ibnu Abi Hatim bahwa Sulaiman as juga pernah bertemu dengan semut dalam momen yang lain. Diceritakan bahwa ia keluar untuk meminta hujan. Tiba-tiba ia menjumpai seekor semut sedang terlentang seraya menghadapkan semua kakinya ke arah langit dan berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya kami adalah salah satu dari makhluk-Mu. Kami memerlukan sekali siraman hujan-Mu. Jika tidak Engkau sirami kami, berarti Engkau akan membinasakan kami.” Maka Sulaiman berkata, “Marilah kita pulang, sesungguhnya telah ada makhluk selain kalian yang membacakan doa istisqa.”

Peristiwa-peristiwa Nabi Sulaiman dengan semut menunjukkan bahwa semut salah satu binatang yang dihargai keberadaannya dan tidak boleh diganggu atau dianiaya. Dalam hadits shahih ditemukan sabda Rasulullah saw:

قَرَصَت نَبِيًّا مِنَ الْأَنْبِيَاءِ نَمْلَةٌ، فَأَمَرَ بِقَرْيَةِ النَّمْلِ فَأُحْرِقَتْ، فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَيْهِ، أَفِي أَنْ قَرْصَتْكَ نَمْلَةٌ أَهْلَكْتَ أُمَّةً مِنَ الْأُمَمِ تُسَبِّح؟ فَهَلَّا نَمْلَةً وَاحِدَةً!

Artinya: “Seekor semut pernah menggigit salah seorang nabi dari kalangan nabi-nabi (terdahulu), maka nabi itu memerintahkan agar kampung semut itu dibakar. Maka Allah menurunkan wahyu kepadanya (seraya menegurnya).”Apakah karena seekor semut yang menggigitmu, lalu kamu binasakan segolongan makhluk yang bertasbih ? Mengapa kamu tidak membunuh seekor semut saja?” (HR. Muslim).

Diantara bala tentara Sulaiman as adalah golongan syetan dan jin. Mereka semua tunduk kepada kekuasaan Nabi Sulaiman, dan bekerja sepenuhnya atas suruhan dan arahan Beliau. Diantara jin dan syetan itu ada yang jago bangunan. Mereka bertugas membuat bangunan-bangunan besar, mihrab-mihrab dan kuil-kuil serta pekerjaan berat lainnya yang tidak sanggup dilakukan manusia. Sebagian yang lain ada yang jago menyelam. Mereka bertugas mengambil intan permata dan mutiara yang tidak dijumpai kecuali di dalam lautan. Ada juga sebagian yang lain dan ditahan dalam penjara-penjara besi, karena mereka selalu melawan dan membangkang. Allah berfirman:

وَالشَّيَاطِينَ كُلَّ بَنَّاءٍ وَغَوَّاصٍ (37) وَآخَرِينَ مُقَرَّنِينَ فِي الأصْفَادِ (38).

Artinya: “Dan (Kami tundukkan kepadanya) syetan-syetan semuanya ahli bangunan dan penyelam. Dan syetan yang lain terikat dalam belenggu. (QS Shad: 37-38).

Disamping itu, Nabi Sulaiman as juga punya tentara jenis lain. Yaitu angin yang bisa bertiup kemana saja membawanya. Sehingga ia tidak perlu menunggang kuda kian kemari. Allah berfirman:

{فَسَخَّرْنَا لَهُ الرِّيحَ تَجْرِي بِأَمْرِهِ رُخَاءً حَيْثُ أَصَابَ}

Artinya: “Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin berembus dengan baik, menurut perintahnya ke mana saja yang dikehendakinya.” (QS Shad: 36).

Itulah pemberian Allah yang sangat luar biasa bagi Nabi Sulaiman. Tak ada satupun raja yang menyamai kerajaannya di dunia. Di dalam kitab Shahihain disebutkan bahwa Rasulullah saw pernah disuruh memilih antara menjadi seorang hamba lagi seorang rasul dan antara menjadi nabi lagi seorang raja, maka Rasulullah saw memilih pilihan yang pertama, setelah bermusyawarah dengan Jibril a.s. Jibril mengatakan kepadanya, “Berendah dirilah!” Maka Rasulullah Saw. memilih pilihan pertama.

Pelajaran dari kisah ini:

1. Mendapatkan kelebihan dan keistimewaan dari Allah, yang tidak atau jarang dimiliki orang lain, itu merupakan nikmat Allah yang berharga yang patut disyukuri. Tidaklah pantas kemudian seorang hamba menepuk dada dan merasa hebat karena pemberian Allah tersebut.

2. Memuji nikmat Allah dan mengakuinya sebagai pemberianNya, adalah nikmat yang jauh lebih besar dari pada pemberian itu sendiri. Maka orang yang pandai memuji nikmat Allah, sesungguhnya ia telah mendapat tambahan nikmat.

3. Nabi Sulaiman semakin bertambah kesyukurannya kepada Allah setiap kali Allah menambah nikmat baginya. Dan Beliau menggunakan nikmat Allah untuk semakin dekat kepadaNya.

4. Doa Nabi Sulaiman meminta kerajaan kepada Allah, adalah doa khusus yang berlaku bagi Beliau saja. Tidak bisa lagi dipakai oleh seorang muslim saat ini dalam doa-doanya. Begitu para ulama menyimpulkan.

5. Seluruh makhluk ciptaan Allah di dunia ini, bisa menjadi tentara-tentara Allah, kapan dan dimanapun. Bila Allah berkehendak, salah satu atau sebagiannya bisa Allah gunakan untuk membinasakan manusia yang membangkang kepadaNya. “Dan tidak ada yang mengetahui pasukan Allah, kecuali Dia”.

Wallahu A’laa wa A’lam.

Oleh: Irsyad Syafar

Tinggalkan komentar