Ramadhan 12 KISAH DAN ‘IBRAH AKIBAT PENDUSTAAN KEPADA NABI

Sipp FM-

Rasulullah saw dalam dakwahnya di priode Makkah, mendapat pembangkangan yang luar biasa dari kaumnya. Terutama semenjak dakwah Beliau memasuki era dakwah terang-terangan (dakwah jahriyah). Berbagai perlawanan Beliau rasakan. Mulai dari gangguan verbal berupa cemoohan, cacian sampai kepada gangguan fisik.

Gangguan itu tidak saja menyentuh pribadi Beliau, akan tetapi juga meluas kepada para sahabat Beliau yang masuk Islam. Dimana mereka yang masuk Islam disiksa dan dipaksa agar kembali ke agama nenek moyang mereka. Tersebutlah Bilal yang disiksa dengan cambukan dan juga batu yang besar. Bahkan sahabat ‘Ammar bin Yasir sampai kehilangan kedua orang tuanya. Ayahnya Yasir dan ibunya Sumayyah adalah syuhada pertama perjuangan Dakwah Islam.

Pendustaan terhadap dakwah Islam ini tentunya membuat perasaan sedih dan duka dalam diri Rasulullah saw. Maka Allah SWT menurunkan ayat sebagai penghibur Beliau:

وَإِنْ يُكَذِّبُوكَ فَقَدْ كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ وَعَادٌ وَثَمُودُ (42) وَقَوْمُ إِبْرَاهِيمَ وَقَوْمُ لُوطٍ (43) وَأَصْحَابُ مَدْيَنَ وَكُذِّبَ مُوسَى.

Artinya: “Dan jika mereka (orang-orang musyrik) mendustakan kamu, maka sesungguhnya telah mendustakan juga sebelum mereka kaum Nuh, ‘Ad dan Samud, dan kaum Ibrahim dan kaum Lut, dan penduduk Madyan, dan telah didustakan Musa…”. (QS Al Hajj: 42-44).

Maka Allah menenangkan hati Rasulullah saw yang sedih, bahwa bukan dia saja yang mengalami hal ini. Semua Nabi dan Rasul sebelum Beliau juga mengalami nasib yang sama. Yaitu didustai oleh kaumnya sendiri. Bahkan sebagian mereka mengalami siksaan yang luar biasa kejamnya. Sebagaimana pernyataan Rasulullah saw sendiri kepada seorang sahabat:

“Orang-orang yang sebelum kamu itu ada yang ditanam hidup-hidup, ada yang digergaji dari atas kepalanya sehingga tubuhnya terbelah dua, dan ada pula yang disisir dengan sisir besi yang mengenai daging dan tulangnya, tetapi yang demikian itu tidak menggoyahkan mereka dari agamanya.

Demi Allah, Allah pasti akan mengembangkan agama Islam hingga merata dari Shan’a sampai ke Hadhramaut, dan masing-masing dari mereka tidak takut melainkan hanya kepada Allah atau takut serigala menyerang kambingnya. Akan tetapi kamu sekalian sangat tergesa-gesa.” (HR. Bukhari, An Nasai dan Ahmad).

Rasulullah saw sendiri mengalami peningkatan eskalasi pendustaan dan pembangkangan yang signifikan dari waktu ke waktu. Awalnya hanya tidak dipercayai dakwahnya. Lalu Beliau dituduh pendusta atau tukang sihir atau seorang yang gila. Padahal sebelum kenabian, Beliau punya track record yang positif disemua lapisan masyarakat Qureisy. Sampai-sampai Beliau digelari seorang yang jujur lagi amanah (Ash Shaadiq Al Amin).

Namun, kekafiran dan kesombongan telah merusak nalar dan akal sehat mereka. Puja-puji berubah menjadi caci maki. Kemudian meningkat ke pisik Beliau. Pernah dijerat lehernya dari belakang ketika shalat di dekat Ka’bah. Pernah disiramkan kotoran binatang ke kepala Beliau saat sujud. Sampai akhirnya meningkat ke tahapan ancaman nyawa. Yang kemudian Rasulullah saw dan para sahabat harus berhijrah ke Madinah.

Semua pahit getir perjalanan dakwah Rasulullah saw ini adalah sunnah perjuangan semua Nabi-Nabi sebelumnya. Karenanya Allah menyebutkan dalam ayat di atas bahwa Nabi Nuh juga mengalami hal yang sama. Malah beratus-ratus tahun lamanya berdakwah, sampai 950 tahun. 15 kali lipat usia Rasulullah saw. Selama itu pula Nabi Nuh menghadapi pembangkangan dan pendustaan dari kaumnya.

Begitu juga kaum ‘Ad yang mendustai Nabi Hud, Kaum Tsamut yang mendustai Nabi Shaleh, kaum Ibrahim yang mendustai NabiIbrahim dan kaum Luth yang mendustai Nabi Luth. Semua Nabi tersebut merasakan pahit getirnya menghadapi kaum mereka masing-masing.

Yang menjadi tambahan penguat dan penghibur bagi Rasulullah saw adalah, bahwa semua kaum pembangkang dan pendusta para Nabi itu, tak satupun yang lolos dari adzab dan hukuman Allah. Walaupun mereka mendapat tangguhan waktu dari Allah, namun cepat atau lambat, Allah pun menghukum mereka dengan adzab yang pedih. Allah berfirman:

فَأَمْلَيْتُ لِلْكَافِرِينَ ثُمَّ أَخَذْتُهُمْ فَكَيْفَ كَانَ نَكِيرِ (44).

Artinya: “kafir, kemudian Aku azab mereka, maka (lihatlah) bagaimana besarnya kebencian-Ku (kepada mereka itu).” (QS Al Hajj: 44).

Memang mereka mendapat penangguhan adzab dari Allah. Tidak langsung disiksa setiap kali membangkang dan mendustai Nabi. Ada yang jaraknya jauh sekali dan ada yang dekat.

Sebagian ulama Salaf menyebutkan bahwa jarak antara perkataan Fir’aun kepada kaumnya, “Akulah Tuhan kalian yang tertinggi,” dan kebinasaannya oleh Allah, kurang lebih 40 tahun. Jarak kebinasaan kaum Nuh cukup jauh, ada ratusan tahun. Adapun kaum Luth tidak terlalu lama. Bagaimanapun, setiap orang yang zhalim tak akan luput dari hukuman Allah. Rasulullah saw bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لَيُمْلِي لِلظَّالِمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْه، ثُمَّ قَرَأَ: {وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ}

Artinya: “Sesungguhnya Allah benar-benar memberi tangguh kepada orang yang zalim, hingga manakala Dia mengazabnya, maka ia tidak dapat terlepas dari azab-Nya. Kemudian Nabi Saw. membaca firman-Nya: Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. (Hud: 102). (HR Bukhari dan Muslim).

Kemudian Allah menyebutkan bahwa telah banyak negeri yang Dia hancurkan karena kekafiran penduduknya dan pembangkangan mereka kepada Nabi-Nabi Allah:

فَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ فَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا وَبِئْرٍ مُعَطَّلَةٍ وَقَصْرٍ مَشِيدٍ (45).

Artinya: “Berapalah banyaknya kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya dalam keadaan zalim. Maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya. Dan (berapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi.” (QS Al Hajj: 45).

Begitulah ancaman Allah kalau sudah berlaku. Bangunan-bangunan yang kokoh, istana-istana yang megah, kekuasaan yang diktator, bahkan sumber-sumber penghidupan kaum yang zhalim, takkan sanggup menghadang hukuman Allah. Tak akan berdaya melindungi mereka sama sekali. Semua bisa berakhir tak bersisa dan tak berbekas.

Semua berita Allah tentang kaum terdahulu dengan para Nabi mereka ini, menjadi penguat dan penghibur bagi Rasulullah saw dan bagi pengikutnya yang setia sampai akhir zaman. Terbukti, Abu Jahal, Umayyah bin Khalaf, Uthbah bin Rabi’ah dan Syaibah bin Rabi’ah, yang semuanya sangat kejam dan bengis kepada Rasulullah saw, mereka semua tewas mengenaskan tidak sampai 10 tahun dari waktu pembangkangan mereka.

Sedangkan Abu Jahal mati secara sangat buruk 7 hari setelah perang badar, setelah sakit yang dialaminya. Jasadnya membusuk sehingga tidak satupun ada yang mau mengurusnya. Setelah tiga hari semakin busuk, akhirnya orang-orang menggali lobang yang dalam. Lalu mendorong bangkainya masuk lobang dengan kayu. Lalu lobang tersebut dilempari dari jauh dengan batu-batu dan pasir. Sungguh sebuah akhir yang tragis dan sangat buruk bagi para pendusta Nabi dan ajaran Allah.

Pelajaran dari kisah ini:

1. Semua Nabi dan Rasul mengalami ujian dalam mengemban misi dakwahnya. Hal yang sama juga akan berlaku bagi pengikut Rasulullah saw sampai akhir zaman.

2. Ujian Allah bagi para pembela kebenaran, adalah dalam rangka menguatkan imannya, meninggikan derjatnya dan sekaligus sebagai saringan terhadap orang-orang munafiq.

3. Para pendusta Nabi dan Rasul pasti akan mengalami akhir hidup yang sangat buruk dan tragis. Itu berlaku sampai akhir zaman. Mereka takkan pernah lolos dari hukuman Allah.

4. Para Da’i dan pejuang kebenaran harus sering membaca berita kaum terdahulu, dan “menyaksikan” nasib mereka setelah pembangkangan mereka, agar tetap sabar dan tegar menapaki ujian perjalanan dakwah.

5. Para Da’i jalan Allah mesti waspada bila dalam dakwahnya merasa mudah dan lancar-lancar saja, tidak ada gangguan yang berarti. Bukan berarti meminta ujian kepada Allah, akan tetapi waspada atas jebakan dan kelancaran yang menipu.

Wallahu A’laa wa A’lam.

Oleh: Irsyad Syafar

Tinggalkan komentar