Oleh: Yohanes Wempi
Presiden Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) M Djamil Djambek Bukittinggi, Ahmad Zaki mengaku mendapat ancaman pembunuhan melalui pesan WhatsApp dari nomor tak dikenal, ini kutipan dari berita Kompas. Com.
Katanya ancaman tersebut diduga merupakan buntut dari aksi penolakan terhadap kedatangan Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi di kampusnya beberapa waktu lalu.
Penulis tersenyum membacanya, ini games apalagi yang dimainkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, kembali memojokkan Buya Mahyeldi paska demo yang dilakukan oleh mahasiswa UIN Bukittinggi di kampus yang lalu.
Katanya ada yang menelpon, lalu tak diangkat oleh Presma UIN, masuk Wa, ke saudara Ahmad Zaki. Ungkapan “Benar”. Ada ancaman saya dibunuh lewat pesan WhatsApp. Dalam pesan itu saya dikata-katai dengan kata kotor,” kata Zaki yang dihubungi Kompas.com, Minggu (27/8/2023). Penulis kutip.
Menurut Zaki, ancaman itu diduga terkait penolakan dirinya dan sejumlah rekannya terkait kedatangan Mahyeldi di Kampus UIN Bukittinggi beberapa waktu lalu.
Terlepas benar atau salah dari cerita zaki yang Penulis kutip dari media kompas tesebut, namu selaku Penulis dan juga Caleg PKS Provinsi Sumatera Barat, malam ini secara terbuka, melalui tulisan ini meminta kepada Kapolda Sumatera Barat dan Mabes Polri agar mengusut tuntas cerita Presiden Mahasiswa UIN M Djamil Djambek Bukittinggi, Ahmad Zaki, sampai pelaku pengancaman dengan wa tersebut ditangkap.
Penulis secara terbuka, sangat menyayangi ada oknum-oknum yang memojokan Gubernur Sumatra Barat melalu ancaman wa dan telpon pada Presma UIN tersebut.
Perlu kita pahami bersama bahwa Gubernur Sumatra Barat, Buya Mahyeldi melalu lembaga formal pemerintah dan pribadi tidak mempermasalahkan aksi yang dilakukan oleh Presma UIN Bukittinggi, ketika Buya Mahyeldi hadir diundang datang di kampusnya.
Penulis tahu betul Buya Mahyeldi tidak memiliki karakter yang suka mengancam, suka mengintimidasi, apalagi me-wa akan membunuh atau menghilangkan seperti pemberian kompas yang Penulis baca tersebut.
Secara pribadi, Buya Mahyeldi anggap masalah aksi dikampus UIN Bukittinggi tersebut sudah selesai. Mengenai tuntutan mahasiswa dan masyarakat air bangis sekarang sedang dibahas dalam kelembagaan formal Propinsi Sumatera Barat.
Jadi sekali lagi tidak benar ada pengancaman dan intimidasi seperti berita Kompas yang Penulis baca. Agar ini tidak ada politisasi dari oknum yang memperkeruh suasana ini, maka Penulis selaku relawan Buya Mahyeldi saat Pilkada mendesak Polda Sumbar dan Mabes Polri mengusut kasus ini secara tuntas.
Mari kita jaga kondisi kondusif ranah Minangkabau menjelang perhelatan demokrasi atau Pemilu 2024 dari oknum-oknum yang bermain diair keruh untuk mendapatkan keuntungan politik[*].