Sipp FM- Kabar duka hari ini menyelimuti dunia Islam. Mantan Presiden Mesir, Dr. Muhammad Mursi meninggal dunia, Senin (17/6) waktu Mesir. Ia diberitakan meninggal saat menjalani persidangan pada hari yang sama atas tuduhan spionase yang dijatuhkan atas dirinya oleh rezim kudeta As Sisi. Media Mesir melaporkan ia sempat jatuh pingsan dalam persidangan dan dilarikan ke rumah sakit, dan dikabarkan meninggal dunia pukul 16.50 waktu setempat.

Setelah melalui proses penanganan dari tim forensik, jenazah presiden ke-5 itu akan langsung dimakamkan di pemakaman umum di Nasr City, pada Selasa (18/6). Menurut keterangan yang dilansir dari media Rassd News Mesir, proses pemakaman hanya dihadiri oleh pihak keluarga dan kuasa hukum dengan pengawalan ketat dari pihak keamanan.
Sebelumnya pihak keluarga telah meminta izin kepada pejabat berwenang Mesir untuk memakamkan Mursi di samping kuburan ibunya di Provindi Sharqeya, Delta Nil. Namun permintaan keluarga Mursi tidak dikabulkan.
Belum diketahui alasan pasti penyebab kematian Mursi yang tiba-tiba saat persidangan tersebut. Hanya saja menurut media televisi resmi Mesir, Mursi meninggal dunia karena serangan jantung. Sementara itu  Organisasi kemanusiaan “Amnesty Internasional”mendesak pihak berwenang Mesir menyelidiki kematian Mursi.
“Kami meminta pihak berwenang Mesir untuk menggelar penyelidikan yang tidak memihak, transparan dan menyeluruh atas kematian Mursi, termasuk hukuman kurungan dan isolasi dari dunia luar,” cuit Amnesty International dalam bahasa Arab, Selasa (18/6).
Mereka juga meminta penyelidikan atas perawatan kesehatan yang diterima Mursi. Amnesty International juga mendesak siapa pun pelaku penganiayaan harus mempertanggung jawaban tindakannya.

Apa reaksi atas kematian Morsi?

Partai Kebebasan dan Keadilan, yang memiliki kedekatan dengan organisasi yang kini dilarang, Ikhwanul Muslimin, mengatakan kematian Morsi identik dengan “pembunuhan”, dan mendesak para pendukungnya berkumpul selama proses pemakaman dan berdemonstrasi di luar kedutaan besar Mesir di seluruh dunia.
“Mereka menempatkannya di ruangan tahanan khusus yang terisolasi selama penahanannya yang melebihi lima tahun, lalu menghalang-halangi pemberian obat-obatan dan menyediakan makanan yang buruk. Mereka mencegah dokter dan pengacaranya dan bahkan mencegahnya berkomunikasi dengan keluarganya. Mereka merampas hak asasi manusia yang paling sederhana,” kata kelompok itu, seperti dikutip BBC, Selasa (18/6/2019).
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang merupakan sekutu terdekatnya, menyalahkan pemerintah “tiran” Mesir atas kematian Morsi, sementara Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, yang merupakan sekutu terdekat lainnya, menyatakan kesedihan mendalam.
Crispin Blunt, anggota parlemen Inggris dari Partai Konservatif, yang sebelumnya memperingatkan tentang kondisi kesehatan Morsi, menyerukan penyelidikan internasional dan mengatakan pemerintah Mesir bertanggungjawab untuk menjelaskan kematian Mursi.
“(Mursi) ditahan di sel isolasi selama hampir enam tahun, yang berdampak besar atas kesehatan mental dan fisiknya. Dia secara efektif terputus dari dunia luar,” kata Wakil Direktur Amnesty International untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Magdalena Mughrabi.
Direktur Human Rights Watch untuk Timur Tengah, Sarah Leah Whitson, mengatakan bahwa kematian Morsi mengerikan, tetapi dapat diprediksi.
Siapakah Dr. Muhammad Mursi?

Mursi yang bernama lengkap Muhammad Mursi ‘Isa al-Ayyat lahir di  desa El-Adwah Provinsi Sharqiya di kawasan Delta Nil pada 20 Agustus 1951. Dia mendalami teknik sipil di Universitas Kairo pada 1970-an sebelum pindah ke Amerika Serikat untuk merampungkan studi tingkat doktoral. Sebelum terpilih sebagai presiden Mesir, Mursi pernah menjadi anggota parlemen Mesir periode 2000 – 2005, dan termasuk anggota parlemen terbaik.

Pada pemilihan umum presiden Mesir tahun 2012 Mursi terpilih sebagai presiden Mesir ke-5, menggantikan presiden sebelumnya Hosni Mubarak yang terguling dalam revolusi Mesir 25 Januari 2011. Ia menjadi presiden Mesir pertama dari kalangan sipil, yang dipilih secara demokratis melalui pemilihan umum langsung, dan dilantik pada 30 Juni 2012.
Semasa menjabat sebagai pemimpin Mesir, Mursi telah melakukan berbagai kebijakan untuk memperjuangkan kebangkitan bangsa Mesir dan dunia Islam dari keterpurukan. Ia juga menjadi garda depan mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa Palestina, salah satunya adalah dengan mempermudah akses bantuan ke Jalur Gaza yang diblokade Israel.
Terpilihnya Mursi sebagai presiden Mesir dari kalangan poros Islam yang dipimpin oleh Ikhwanul Muslimin, menjadi puncak musim semi Arab. Harapan baru akan perubahan dan kebangkitan Islam tumbuh subur dan menjadi penyemangat berbagai gerakan Islam lainnya di kawasan Timur Tengah, bahkan juga dirasakan hingga tanah air.
Namun perjalanan Mursi memimpin ‘kebangkitan’ Mesir tidak mudah. Berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh sebuah pemerintahan baru, membuatnya hanya bertahan satu tahun. Para penentangnya  dari kalangan sekuler, sosialis dan pendukung status quo (Pro Mubarak) terus melakukan berbagai manuver politik untuk melemahkan kepercayaan rakyat terhadap pemerintahan Mursi. Mereka melancarkan skenario chaos di berbagai wilayah. Mereka menyebut Mursi gagal memerintah selama masa kekuasaan yang bergolak serta menuduhnya membiarkan kelompok-kelompok berhaluan Islam mendominasi arena politik dan salah urus ekonomi.
Puncaknya adalah aksi gerakan tamarrud (pembangkangan) yang dilakukan oleh kubu oposisi pada 30 Juni 2013. Mereka turun ke jalan-jalan Mesir dan melakukan berbagai aksi kerusuhan, bertepatan dengan peringatan satu tahun kekuasaan Morsi pada 30 Juni 2013. Pada 3 Juli malam, junta militer dipimpin oleh Jendral Abdel Fattah As Sisi yang merupakan menteri pertahanan pemerintahan Mursi, melakukan kudeta atas pemerintahan Mursi. As-Sisi yang didukung oleh sejumlah tokoh, termasuk Grand Seikh Al Azhar Ahmed Thayeb membekukan sementara konstitusi dan mengumumkan pembentukan pemerintahan interim yang diisi oleh para teknokrat sebelum digelar pemilihan presiden baru. Sejak itu Mursi langsung ditetapkan sebagai tahanan dengan berbagai tuduhan atas dirinya.
Hari-hari Keteguhan Mursi di Penjara 
Setelah Mursi digulingkan oleh As-Sisi, ia digantikan oleh PM interim Adly Mansur, yang ditunjuk oleh As-Sisi. Sejak itu ia di isolasi dari publik bahkan tidak diizinkan bertemu keluarganya.
Mursi pun didakwa dengan berbagai tuduhan, diantaranya penyerangan demonstran di depan Istana negara, pemalsuan dokumen, membocorkan rahasia negara (spionase) dan sejumlah tuduhan lainnya. Ia mendapat vonis hukuman penjara lebih dari 45 tahun, bahkan vonis hukuman mati.
Kendatipun demikian Mursi tidak menyerah, apalagi mengakui keabsahan rezim As-Sisi. Ia tetap menyatakan dirinya sebagai presiden Mesir yang sah, dan menentang kudeta militer atas dirinnya. Dalam beberapa kali persidangan atas dirinya, ia menyatakan akan terus memperjuangkan kedaulatan Mesir dan rakyatnya. Bahkan hingga persidangan terakhir yang dijalaninya pada 17 Juni 2019, dari balik kerangkeng besi, ia tetap tegar menyatakan pembelaannya terhadap demokrasi Mesir yang telah dirampas oleh kudeta militer.
Namun tak dapat dipungkiri, selama dalam penjara militer, kesehatan Mursi mengalami penurunan. Banyak pihak menyorot pelayanan kesehatan untuk Mursi selaman di penjara tidak memenuhi syarat.
Detention Review Panel (DRP) dari parlemen dan pengacara Inggris, yang dimintai bantuan oleh keluarga Mursi, sebagaimana dilansir situs berita Aljazirah, pada Maret 2018 lalu, melaporkan bahwa mantan pemimpin Mesir  itu menerima perawatan medis yang tidak memadai, terutama mengenai perawatan diabetesnya yang juga tidak memadai, dan perawatan penyakit hatinya yang juga tidak memadai.