Sipp FM-

Kejadian ini berawal dari semakin vulgarnya sikap Nabi Ibrahim as menentang kakafiran dan kesyirikan yang dilakukan oleh kaumnya. Betapa tidak, karena Beliau sudah mendapat hidayah sejak kecil. Juga mendapat ilham kebenaran dan hujjah untuk berdebat melawan kesyirikan dari Allah. Sementara, penyembahan berhala berlangsung dimana-mana. Bahkan ayahnya juga termasuk dalam golongan itu.

Akibatnya Nabi Ibrahim as mendebat ayah dan kaumnya atas kesesatan yang mereka lakukan. Semua berhala-berhala yang mereka sembah dikritisi oleh Nabi Ibrahim. Allah menceritakan kritikan Nabi Ibrahim kepada ayah dan kaumnya:

إِذْ قَالَ لأبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا هَذِهِ التَّمَاثِيلُ الَّتِي أَنْتُمْ لَهَا عَاكِفُونَ (52).

Artinya: “(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, “Patung-patung apakah ini yang kalian tekun beribadat kepadanya?” (QS Al Anbiya: 52).

Nabi Ibrahim as menilai berhala-berhala ini tidak layak untuk disembah. Makanya ia bertanya dengan nada keheranan, kenapa pula mereka semua tekun menyembahnya? Rupanya kaumnya juga tidak punya alasan yang logis dan ilmiah. Mereka hanya bisa menjawab bahwa itu sudah tradisi warisan dari nenek moyang mereka.

Sehingga kemudian Nabi Ibrahim langsung membuat kesimpulan bahwa, “Kalian dan nenek moyang kalian sungguh dalam kesesatan yang nyata”. Mereka tidak terima pernyataan Ibrahim as ini. Akibatnya mereka mengkonfirmasi ulang apakah ini pernyataan sungguh-sungguh atau sekedar main-main. Nabi Ibrahim malah menegaskan kepada mereka, bahwa tuhan yang benar itu adalah Allah.

قَالَ بَل رَبُّكُمْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ الَّذِي فَطَرَهُنَّ وَأَنَا عَلَى ذَلِكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ (56).

Artinya: “Ibrahim berkata, “Sebenarnya Tuhan kalian ialah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya; dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu.” ( QS Al Anbiya: 56).

Kemudian di dalam hatinya, Nabi Ibrahim as merencanakan sebuah konspirasi kepada berhala-berhala mereka. Makar ini akan dilakukannya saat tempat peribadatan kaum musyrikin ini telah sepi dan tidak seorangpun yang masih berada disana.

Maka ketika saatnya sudah tepat, Nabi Ibrahim as segera menghancurkan dan merobohkan semua berhala yang ada disana. Kecuali satu berhala yang paling besar, disisakan untuk mengkomfirmasi kejadian kepada orang kafir. Bahkan Nabi Ibrahim meletakkan kampaknya yang digunakan untuk menghancurkan berhala itu, ditangan berhala besar ini.

Allah berfirman:

وَتَاللَّهِ لأكِيدَنَّ أَصْنَامَكُمْ بَعْدَ أَنْ تُوَلُّوا مُدْبِرِينَ (57) فَجَعَلَهُمْ جُذَاذًا إِلا كَبِيرًا لَهُمْ لَعَلَّهُمْ إِلَيْهِ يَرْجِعُونَ (58).

Artinya: “Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhala kalian sesudah kalian pergi meninggalkannya. Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur terpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.” (QS Al Anbiya: 57-58).

Keesokan harinya kaum musyrikin beramai-ramai datang ke tempat peribadatan mereka. Betapa kagetnya mereka ketika menyaksikan “tuhan-tuhan” mereka semua sudah hancur berkeping-keping. Mereka sangat marah dan bertanya-tanya siapa gerangan yang telah berani berbuat aniaya kepada tuhan mereka.

Rupanya ada segelintir orang yang mengetahui rencana Nabi Ibrahim yang akan membuat konspirasi terhadap tuhan mereka. Sehingga mereka kemudian melaporkan Ibrahim sebagai pelaku (terdakwa) kasus ini. Dan Nabi Ibrahimpun kemudian mereka tangkap dan mereka adili.

Di depan khalayak ramai mereka menyidang Ibrahim as. Mereka bertanya, “Apakah engkau yang berbuat aniaya merusak tuhan-tuhan kami”. Nabi Ibrahim menjawab, “Sebenarnya patung yang besar itu yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara.”

Mendengar jawaban Ibrahim as, kaumnya menjadi bingung dan juga menyesal. Mereka menyesali kenapa berhala-berhala itu tidak mereka jaga dengan baik. Tapi mereka juga bingung karena berhala-berhala itu sudah pasti tidak bisa bicara dan tidak bisa apa-apa.

Namun, untuk menutupi kelalaian dan kebodohan mereka, mereka tetap menjawab pernyataan Ibrahim, “Engkau kan sudah tahu mereka (berhala) itu tidak bisa bicara sama sekali”. Kenapa kami harus menanya mereka?”.

Akibatnya Ibrahim as langsung menunjukkan kesalahan aqidah dan keyakinan mereka. “Kenapa kalian mau juga menyembah sesuatu yang tak berdaya memberi apa-apa kepada kalian?. Sungguh celaka sekali kalian dan sesembahan kalian ini, ketika kalian sembah selain Allah, apakah kalian tak punya akal?” Tanya Nabi Ibrahim kepada mereka.

Walaupun argumen penyembahan berhala mereka telah diruntuhkan oleh Nabi Ibrahim, akan tetapi kesasatan mereka telah mendorong mereka untuk berbuat yang lebih sesat. Mereka bersekongkol dengan raja mereka untuk membunuh Ibrahim as. Yaitu dengan cara membakarnya hidup-hidup dengan kayu bakar yang sangat banyak dan besar. Allah berfirman:

قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانْصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ (68).

Artinya: “Mereka berkata, “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kalian, jika kalian benar-benar hendak bertindak.” (QS Al Anbiya: 68).

Mereka mengumpulkan kayu bakar yang sangat banyak sekali. Sehingga ketika dinyalakan menimbulkan api yang sangat besar yang belum pernah terjadi sebelumnya. Atas usulan seseorang, Nabi Ibrahim mereka ikat disebuah pelontar untuk dilemparkan ke api. Laki-laki ini kelak dibenamkan Allah ke dalam tanah sampai hari kiamat.

Menjelang tubuhnya melayang dilempar ke api yang sangat besar itu, Ibrahim as berdoa kepada Allah dengan mengucapkan Hasbiyallahu wa nikmal wakil (Cukuplah bagiku Allah, Dialah sebaik-baik pelindung).

Sebagian ulama Salaf menyebutkan bahwa Malaikat Jibril menampakkan diri kepadanya di langit, lalu Jibril bertanya, “Apakah kamu mempunyai suatu permintaan?” Ibrahim menjawab, “Adapun meminta kepadamu, saya tidak akan mau. Tetapi jika kepada Allah, saya mau.”

Sa’id ibnu Jubair menyebutkan riwayat dari Ibnu Abbas, bahwa ketika Ibrahim dilemparkan ke dalam nyala api, malaikat penjaga hujan berkata, “Bilamana aku diperintahkan untuk menurunkan hujan, aku akan menurunkannya.” Akan tetapi, perintah Allah lebih cepat daripada perintah malaikat itu. Allah berfirman:

{يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ}

Artinya: “Hai api, menjadi dinginlah engkau dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim. (Al-Anbiya: 69).

Ibnu Katsir menukilkan bahwa pada hari itu semua api di dunia menjadi tidak panas sama sekali. Kecuali api yang memutus tali-tali pengikat Nabi Ibrahim, selebihnya semua menjadi dingin. Bahkan Ibnu Abbas menyataka, “bahwa seandainya Allah tidak berfirman: “dan menjadi keselamatan bagi Ibrahim. (Al-Anbiya: 69 ) tentulah dinginnya api itu akan menciderai Nabi Ibrahim as.

Qatadah mengatakan bahwa pada hari itu tiada satu hewan pun yang datang, melainkan berupaya memadamkan api agar tidak membakar Nabi Ibrahim, terkecuali tokek. Az-Zuhri mengatakan, Nabi Saw. memerintahkan agar tokek dibunuh dan beliau memberinya nama fuwaisiq. Rasulullah saw bersabda:

إِنَّ إِبْرَاهِيمَ حِينَ أُلْقِيَ فِي النَّارِ، لَمْ يَكُنْ فِي الْأَرْضِ دَابَّةٌ إِلَّا تُطْفِئُ النَّارَ، غَيْرَ الوَزَغ، فَإِنَّهُ كَانَ يَنْفُخُ عَلَى إِبْرَاهِيمَ”، فَأَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَتْلِهِ.

Artinya: “Bahwa sesungguhnya Ibrahim saat dilemparkan ke dalam nyala api, tiada seekor hewan melata pun melainkan berupaya memadamkan api itu, selain tokek, karena sesungguhnya tokek meniup api itu agar membakar Ibrahim. Maka Rasulullah Saw. memerintahkan kepada kami untuk membunuhnya.”

Maka Nabi Ibrahim pun selamat dari kobaran api yang besar itu tanpa hangus sedikit pun. Dan Kebenaran menjadi menang, sedangkan kebathilan menjadi kalah.

Pelajaran dari Kisah Ini:

1. Nabi Ibrahim as mendapat hidayah dan kenabian dari Allah semenjak usia dini dan masih kecil. Sehingga ia dapat membedakan antara yang haq dengan yang bathil secara objektif, dan tidak terpengaruh dengan bapaknya sendiri.

2. Orang-orang yang masih mau menyembah berhala pastilah mereka orang yang sudah kehilangan nalar jernih dan akal sehat mereka.

3. Ibrahim sangat tegas ketika hanya berharap dan bergantung kepada Allah saja, dan bahkan tidak mau berserah diri kepada pertolongan malaikat sama sekali.

4. Setiap mukmin mesti berperan dalam memenangkan al Haq (kebenaran) walaupun peran itu sangat kecil. Namun itu telah menunjukkan kejelasan sikap dan posisi dimana ia berada.

5. Salah satu doa yang bagus digunakan untuk menghadapi ujian dan musibah yang berat adalah: Hasbiyallahu wanikmal Wakiil.

Wallahu A’laa wa A’lam.

Oleh: Irsyad Syafar