Oleh: Cahyadi Takariawan*

Salah satu kendala bagi para lajang dalam mengambil keputusan menikah adalah soal rejeki. Pertanyaan yang sering terlontar adalah, “Apakah aku sudah mampu mencukupi kebutuhan ekonomi keluargaku?”

Pertanyaan ini sangat wajar dan manusiawi, namun sesungguhnya tidak boleh dijadikan hantu yang menakutkan, sampai tidak berani menikah. Yang harus dilakukan adalah terus berbenah, memiliki etos kerja yang kuat untuk melakukan hal terbaik untuk diri, keluarga, masyarakat dan negara.

Sebagaimana telah diketahui, rejeki adalah ketetapan Allah bagi semua hambaNya. Allah sang Maha Pemberi rejeki, telah dan akan selalu memberikan rejeki kepada semua makhluk ciptaan Nya. Allah tidak akan mentelantarkan satupun makhluk, semua telah dijamin rejekinya.

Namun untuk manusia yang dikaruniai akal, maka ada sebab-sebab yang harus dijalani dan ditempuh untuk mendapatkan rejeki. Allah telah menyediakan sangat banyak pintu rejeki bagi hambaNya.

Menikah Adalah Pintu Pembuka Rejeki

Yang sangat menakjubkan, ternyata salah satu pintu rejeki adalah dengan menikah. Jika banyak lajang khawatir soal rejeki, maka Allah telah menyatakan akan memberi kemampuan bagi hamba yang menikah. Allah Ta’ala berfirman:

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nuur: 32)

Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim menjelaskan, “Dalam ayat ini terdapat perintah untuk menikah”. Dengan menikah itu akan menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan serta kemuliaan diri. Bahkan, diantara manfaat menikah yang disebutkan dalam ayat ini adalah, Allah akan memberi kecukupan. “Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya”. Sebuah janji yang sangat menenteramkan hati.

Menjelaskan ayat di atas, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,

“Carilah kaya (hidup berkecukupan) dengan menikah.”

Imam Al-Baghawi menyatakan bahwa ‘Umar menyatakan seperti itu pula, demikian yang dinukil Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Ternyata menikah adalah pintu untuk membuka rejeki Allah yang sangat luas. Dengan menikah, Allah memberikan kecukupan, sebagai karunia dan kasih sayang terhadap hamba.

Hal ini lebih dipertegas lagi oleh Rasulullah Saw, ketika beliau menyatakan ada tiga golongan yang mendapat pertolongan Allah, di antaranya adalah:

“Seorang yang menikah karena ingin menjaga kesuciannya.” (HR. An-Nasa’i, no. 3218, Tirmidzi, no. 1655. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Siapapun lelaki dan perempuan yang ingin menjaga kesucian dirinya dengan menikah, maka Allah berjanji memberikan pertolongan kepada mereka. Salah satu bentuk pertolongan Allah adalah dengan memberikan kecukupan rejeki kepada mereka. Allah berikan kepada mereka kemudahan dan kemampuan untuk menghadirkan rejeki, sehingga kehidupan keluarga mereka berkecukupan.

Doa Malaikat untuk Keluarga

Nabi Saw menyebutkan doa dua malaikat setiap pagi bagi yang rajin berinfak, terutama untuk keluarganya. Beliau Saw bersabda:

“Ketika hamba berada di setiap pagi, ada dua malaikat yang turun dan berdoa, “Ya Allah berikanlah ganti pada yang gemar berinfak (rajin memberi nafkah pada keluarga).” Malaikat yang lain berdoa, “Ya Allah, berikanlah kebangkrutan bagi yang enggan berinfak (memberi nafkah).” (HR. Bukhari, no. 1442 dan Muslim, no. 1010).

Banyak di antara kita memahami hadits ini sebagai anjuran untuk mengeluarkan infak dan sedekah kepada orang lain. Seakan-akan hal itu tidak terkait dengan keluarga. Padahal, infak yang lebih wajib adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Oleh karena itu, Ibnu Batthal rahimahullah menyebutkan bahwa yang dimaksud dalam hadits di atas adalah, mengeluarkan infak wajib seperti nafkah untuk keluarga dan nafkah untuk menjalin hubungan kekerabatan (silaturahim).

Dengan demikian, hadits ini memberikan pemahaman, jika seorang suami rutin dan gemar memberikan nafkah untuk istri dan anak-anaknya, maka ia didoakan malaikat agar mendapatkan ganti dari Allah Ta’ala.

Setiap pemberian nafkah dari suami kepada keluarganya, bernilai pahala, dan mendapatkan doa malaikat, serta mendapat ganti yang lebih baik serta lebih banyak dari Allah Ta’ala. Inilah infak atau nafkah yang lebih utama untuk diprioritaskan dalam kehidupan sehari-hari.

Jika memiliki dana yang terbatas, maka infak pertama kali adalah untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga inti. Jika keluarga inti sudah tercukupi kebutuhan pokoknya, maka bisa infak untuk pihak-pihak lain yang memerlukan, seperti keluarga besar, kerabat, tetangga, dan orang-orang lain pada umumnya. Jangan sampai dibalik, justru lebih mengutamakan infak untuk orang-orang lain sementara keluarga intinya ditelantarkan.

Dengan menikah dan menjalankan kewajiban hidup berumah tangga, akan terbuka pintu rejeki untuk mereka. Maka jangan takut dan khawatir soal rejeki, sepanjang bersedia menempuh proses dan sebab-sebabnya.

Salah satu kendala bagi para lajang dalam mengambil keputusan menikah adalah soal rejeki. Pertanyaan yang sering terlontar adalah, “Apakah aku sudah mampu mencukupi kebutuhan ekonomi keluargaku?”

Pertanyaan ini sangat wajar dan manusiawi, namun sesungguhnya tidak boleh dijadikan hantu yang menakutkan, sampai tidak berani menikah. Yang harus dilakukan adalah terus berbenah, memiliki etos kerja yang kuat untuk melakukan hal terbaik untuk diri, keluarga, masyarakat dan negara.

Sebagaimana telah diketahui, rejeki adalah ketetapan Allah bagi semua hambaNya. Allah sang Maha Pemberi rejeki, telah dan akan selalu memberikan rejeki kepada semua makhluk ciptaan Nya. Allah tidak akan mentelantarkan satupun makhluk, semua telah dijamin rejekinya.

Namun untuk manusia yang dikaruniai akal, maka ada sebab-sebab yang harus dijalani dan ditempuh untuk mendapatkan rejeki. Allah telah menyediakan sangat banyak pintu rejeki bagi hambaNya.

Menikah Adalah Pintu Pembuka Rejeki

Yang sangat menakjubkan, ternyata salah satu pintu rejeki adalah dengan menikah. Jika banyak lajang khawatir soal rejeki, maka Allah telah menyatakan akan memberi kemampuan bagi hamba yang menikah. Allah Ta’ala berfirman:

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nuur: 32)

Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim menjelaskan, “Dalam ayat ini terdapat perintah untuk menikah”. Dengan menikah itu akan menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan serta kemuliaan diri. Bahkan, diantara manfaat menikah yang disebutkan dalam ayat ini adalah, Allah akan memberi kecukupan. “Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya”. Sebuah janji yang sangat menenteramkan hati.

Menjelaskan ayat di atas, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,

“Carilah kaya (hidup berkecukupan) dengan menikah.”

Imam Al-Baghawi menyatakan bahwa ‘Umar menyatakan seperti itu pula, demikian yang dinukil Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Ternyata menikah adalah pintu untuk membuka rejeki Allah yang sangat luas. Dengan menikah, Allah memberikan kecukupan, sebagai karunia dan kasih sayang terhadap hamba.

Hal ini lebih dipertegas lagi oleh Rasulullah Saw, ketika beliau menyatakan ada tiga golongan yang mendapat pertolongan Allah, di antaranya adalah:

“Seorang yang menikah karena ingin menjaga kesuciannya.” (HR. An-Nasa’i, no. 3218, Tirmidzi, no. 1655. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Siapapun lelaki dan perempuan yang ingin menjaga kesucian dirinya dengan menikah, maka Allah berjanji memberikan pertolongan kepada mereka. Salah satu bentuk pertolongan Allah adalah dengan memberikan kecukupan rejeki kepada mereka. Allah berikan kepada mereka kemudahan dan kemampuan untuk menghadirkan rejeki, sehingga kehidupan keluarga mereka berkecukupan.

Doa Malaikat untuk Keluarga

Nabi Saw menyebutkan doa dua malaikat setiap pagi bagi yang rajin berinfak, terutama untuk keluarganya. Beliau Saw bersabda:

“Ketika hamba berada di setiap pagi, ada dua malaikat yang turun dan berdoa, “Ya Allah berikanlah ganti pada yang gemar berinfak (rajin memberi nafkah pada keluarga).” Malaikat yang lain berdoa, “Ya Allah, berikanlah kebangkrutan bagi yang enggan berinfak (memberi nafkah).” (HR. Bukhari, no. 1442 dan Muslim, no. 1010).

Banyak di antara kita memahami hadits ini sebagai anjuran untuk mengeluarkan infak dan sedekah kepada orang lain. Seakan-akan hal itu tidak terkait dengan keluarga. Padahal, infak yang lebih wajib adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Oleh karena itu, Ibnu Batthal rahimahullah menyebutkan bahwa yang dimaksud dalam hadits di atas adalah, mengeluarkan infak wajib seperti nafkah untuk keluarga dan nafkah untuk menjalin hubungan kekerabatan (silaturahim).

Dengan demikian, hadits ini memberikan pemahaman, jika seorang suami rutin dan gemar memberikan nafkah untuk istri dan anak-anaknya, maka ia didoakan malaikat agar mendapatkan ganti dari Allah Ta’ala.

Setiap pemberian nafkah dari suami kepada keluarganya, bernilai pahala, dan mendapatkan doa malaikat, serta mendapat ganti yang lebih baik serta lebih banyak dari Allah Ta’ala. Inilah infak atau nafkah yang lebih utama untuk diprioritaskan dalam kehidupan sehari-hari.

Jika memiliki dana yang terbatas, maka infak pertama kali adalah untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga inti. Jika keluarga inti sudah tercukupi kebutuhan pokoknya, maka bisa infak untuk pihak-pihak lain yang memerlukan, seperti keluarga besar, kerabat, tetangga, dan orang-orang lain pada umumnya. Jangan sampai dibalik, justru lebih mengutamakan infak untuk orang-orang lain sementara keluarga intinya ditelantarkan.

Dengan menikah dan menjalankan kewajiban hidup berumah tangga, akan terbuka pintu rejeki untuk mereka. Maka jangan takut dan khawatir soal rejeki, sepanjang bersedia menempuh proses dan sebab-sebabnya.

Dengan menikah dan menjalankan kewajiban hidup berumah tangga, akan terbuka pintu rejeki untuk mereka. Maka jangan takut dan khawatir soal rejeki, sepanjang bersedia menempuh proses dan sebab-sebabnya.

(kompasiana)

*) Penulis Buku Serial “Wonderful Family”, Peraih Penghargaan “Kompasianer Favorit 2014”; Konsultan di “Rumah Keluarga Indonesia” (RKI) dan “Jogja Family Center” (JFC).